Swasembada Gula Bukan Sekadar Target
- Pixabay/955169
Jakarta, VIVA – Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mewujudkan swasembada pangan, khususnya gula, dengan langkah tegas dan tanpa kompromi. Sekretaris Jenderal DPP APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) Sunardi Edy Sukamto menyatakan bahwa petani tebu 100 persen mendukung target Indonesia menuju swasembada gula pada 2027.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa keberhasilan tersebut hanya akan tercapai jika ada keselarasan dan keberpihakan terhadap sektor hulu dan hilir secara berimbang.
“Kami menyambut baik harga acuan pembelian (HAP) sebesar Rp14.500/kg di tingkat petani beberapa tahun terakhir. Tapi sangat disayangkan, setiap musim giling, harga kerap ditarik turun bahkan dalam proses lelang, pedagang enggan menawar. Ini sangat ironis dan menyulitkan petani,” ungkapnya.
Ketegasan terhadap berbagai praktik yang menghambat rantai distribusi gula pun ditegaskan. Sunardi Edy Sukamto, yang aktif menelusuri akar permasalahan di lapangan, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke berbagai pasar ritel dan tradisional di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.
Hasilnya mengungkap peredaran gula rafinasi secara masif di pasar konsumsi—suatu bentuk pelanggaran terhadap tata niaga distribusi gula. Kondisi ini telah dilaporkan kepada pemangku kebijakan, termasuk Satgas Pangan.
Saat ini, proses penertiban dan penindakan tengah berjalan untuk memastikan agar distribusi gula rafinasi tidak merusak pasar gula konsumsi yang seharusnya menjadi ruang hidup petani tebu nasional.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan pelanggaran distribusi gula rafinasi harus ditindak. Ia mengaku kini sedang serius dalam program swasembada pangan, sehingga jangan sampai hanya segelintir orang mengganggu nasib petani tebu dan masa depan swasembada gula nasional.
"Apapun yang menghambat, sikat dan bereskan sampai ke akar-akarnya," papar dia. Sebagai langkah jangka pendek, pemerintah menyampaikan komitmennya untuk menyerap gula tani hasil musim giling 2025.
Negara hadir melalui lembaga pangan yang ditunjuk—dalam hal ini ID Food—yang akan melakukan take over pembelian dengan dukungan dana awal sebesar Rp1,5 triliun dari Danatara. Langkah ini disambut antusias oleh petani tebu yang tengah menghadapi beban berat operasional mulai dari tebang, muat, hingga pengelolaan pascapanen.
“Kami sangat berharap semua pihak yang terkait bisa bergerak bersama menjaga keberhasilan di sektor hulu dan hilir. Swasembada gula bukan sekadar target, melainkan komitmen berkesinambungan demi kedaulatan pangan bangsa,” jelas Mahmudi, Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara.