Petualangan Ratu Hijab Online Cicipi Manisnya Vanilla
- instagram.com/intankf
Kenapa pilih hijab karena saya berpikir bahwa hijab itu tidak ribet, tidak ada ukurannya seperti baju ada S, M, L, sepatu ada nomor, kalau hijab itu saja, simple. Dan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh saat jadi mahasiswi adalah jualan online, akhirnya bikin jualan hijab online.
Dahulu saya tidak tahu caranya jualan online, berapa ongkosnya dan kirimnya bagaimana. Saya pura-pura jadi pembeli di toko online lain, saya tanya ongkos dari Jakarta ke Balikpapan berapa? Baru saya jawab ke konsumen saya. Saya benar-benar tidak tahu, cuma nekat saja saking inginnya bisa punya uang sendiri.
Berapa modal pertama?
Saya benar-benar tidak pakai modal karena saya berobat sudah menghabiskan uang orangtua sangat banyak, saya mau usaha ini dapat uang, tidak mau mengeluarkan. Akhirnya saya ke Mayestik, ke toko kain, saya cuma foto-foto. Foto-foto itu modalnya.
Saya foto-foto kainnya, saya masukin ke akun saya di Instagram (IG). Saya komentar di IG orang. Akhirnya kalau ada yang beli, mereka bayar dulu. Uang dari mereka, saya pakai untuk beli kain di Mayestik. Seperti itu terus sampai kira-kira dua bulan. Uang terkumpul, baru berani ke Thamrin City, beli hijab jadi.
Beli hijab jadi pun saya tidak berani stok, akhirnya saya cari di Google, saya pasang dahulu fotonya dan kalau ada yang beli, baru saya berangkat ke Thamrin City. Padahal saya juga tidak tahu di sana ada atau tidak yang jual hijab itu. Nekat saja. Saya ambil barang dari Thamrin City, pasar Tanah Abang lalu dijual. Sebelum punya rumah produksi, saya menggunakan jasa tukang jahit keliling yang pakai sepeda, yang saya cari sendiri karena tidak punya kenalan. Saya minta tolong mereka menjahitkan hijab.
Akhirnya, dia panggil temannya-temannya yang lain, dan dikerjakan di kos-kosannya. Lama-lama dia mengumpulkan temannya jadi banyak, berempat atau berlima di tahun kedua. Akhirnya, dia jadi kepala produksinya dan kita bina. Kita belikan mesin potong, mesin jahit. Itu tahun 2014 atau 2015.