Makna Mendalam Pernikahan Adat Jawa Putri Jokowi
- Anadolu Ajansi/Yoma Times
Menurut Sudarna, kain dodot yang digunakan adalah gadung melati dengan motif alas-alasan. Motif itu melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Sementara itu, riasannya berupa alis menjangan meranggah atau tanduk rusa, yang berarti keindahan dan semangat serta laler menclok di antara alis, bermakna ilmu harus fokus pada kebenaran. Sedangkan paes warna hijau, diharapkan pengantin mempunyai keturunan, keseimbangan, ketabahan dalam menjalani rumah tangga, dengan konde model bokor mengkurep yang bermakna agar bisa mandiri setelah berumah tangga. Konde dihiasi ronce melati tibo dodo dan bunga mawar, yang melambangkan kejujuran dan tanggung jawab.
Sedangkan sisir, melambangkan kesetiaan dan cunduk mentul berjumlah sembilan. Jumlah cunduk mentul ini ganjil, lantaran angka ganjil pada budaya Jawa, menurutnya adalah angka keramat.
"Tujuh mempunyai arti pitulungan, atau pertolongan dan diharapkan kedua mempelai dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga selalu dapat pertolongan Tuhan. Sedangkan sembilan cunduk mentul bermakna Wali Songo, yang diharapkan bisa mencontoh Wali Songo dalam memimpin dan bertindak dalam kehidupan kelak," tutur dia.
Soal paes pada pengantin Solo sendiri terdiri dari empat bentuk, yakni Gajahan atau Panunggul terletak di tengah dahi yang bermakna agar menjadi manusia yang berilmu. Lalu, Pangapit yang bermakna mampu membedakan baik dan buruk.
Bagian lainnya, Fitri Liza, Owner Sanggar Liza kepada VIVA mengatakan, yakni Panitis yang berarti, agar pengantin mampu memilih secara tepat sasaran. Selain itu, Godheg yang merupakan sebuah harapan agar mampu memberikan keturunan yang dapat melanjutkan ilmu dan kehidupan.
Menurut Fitri, pengantin wanita dalam adat Jawa yang dirias wajib berpuasa sebelum menjalankan acara pernikahan. Hal tersebut untuk membersihkan jiwa dan menguatkan batin agar dapat melaksanakan tugas dengan baik serta terhindar dari malapetaka. Beberapa perias Jawa juga melakukan hal itu.
Perias Kahiyang-Bobby, Endang Soendari Soemaryono atau Ibu Maryono mengaku melakukan ritual khusus, berupa puasa Senin Kamis untuk memohon agar acara berjalan lancar. "Siapa pun yang akan dirias, saya selalu melakukan prihatin serta melakukan puasa Senin-Kamis. Pokoknya kita tidak lepas untuk selalu memohon kepada Allah SWT," ucapnya.