Gerakan Literasi Digital, Upaya Antisipasi Kekerasan terhadap Pelajar

Ilustrasi Kekerasan Pelajar (Sumber: ANTARA News /Insan Faizin)
Sumber :
  • vstory

Dengan Gerakan Literasi Digital ini, masyarakat dilatih untuk mengoptimalkan kebaikan bermedsos juga mengakses informasi yang positif, dengan pengetahuan untuk tidak menerima informasi secara gamblang sebelum menguji kebenarannya hingga masyarakat diajarkan kritis dalam menerima informasi.

Adapun Gerakan Literasi Digital ini juga berperan untuk mengantisipasi kekerasan terhadap pelajar. Kekerasan pelajar ini meliputi cyberbullying, penganiayaan, bahkan yang paling terparah adalah pembunuhan yang terinspirasi dari sebuah film.

Gerakan Literasi Digital Sebagai Antisipasi Kekerasan Terhadap Pelajar

Banyaknya kekerasan di ruang lingkup pelajar membuat keresahan dan ketidaknyamanan bagi pelajar itu sendiri. Banyak cara untuk mengantisipasi kekerasan bagi pelajar.

Contohnya yaitu dengan media digital dikarenakan pelajar dan remaja pada zaman ini lebih sering mengakses internet. Melalui literasi media dan pola asuh yang tepat diharapkan mampu meminimalisir kekerasan pada pelajar dan remaja ini, dengan cara kampanye mengenai kekerasan-kekerasan pelajar dan juga bersosialisasi mengenai dampak dampak kekerasan pelajar itu sendiri.

Mengapa kekerasan pelajar dalam media harus diantisipasi? Karena, kekerasan pelajar sangat berpengaruh bagi masa depan pelajar itu sendiri, Efek kekerasan terhadap anak sungguh amat dahsyat karena secara fisik maupun psikologis pelajar yang menjadi korban kekerasan tersebut.

Kekerasan tersebut bahkan akan membekas lama dan dalam di relung jiwa seorang anak. Dalam jangka panjang, efek psikologis mungkin yang paling mengkhawatirkan, karena bisa mempengaruhi perilaku seseorang ketika dewasa bahkan di masa tuanya.

Banyak sekali yang mempengaruhi kekerasan pelajar contohnya dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun pergaulan.

Faktor yang mempengaruhi kekerasan pelajar juga melatarbelakangi orang tua yang juga dapat menyumbang peran signifikan terhadap munculnya perilaku kekerasan di dalam dunia pelajar. Jika ditambah faktor pendidikan dan cara sekolah mengelola dan membuatperencanaan anggaran pembiayaan sekolah, bukan tidak mungkin faktor itu juga ikut menyuplai praktik kekerasan terhadap pelajar. Secara sistematik. Kurikulum pendidikan kita seperti abai dengan upaya pertumbuhan perilaku anak yang damai pro-sosial.

Banyak peraturan sekolah yang juga menjadi kontra bagi pelajar itu sendiri, yang di mana membuat pelajar itu sendiri adanya rasa untuk melanggar dan melakukan kekerasan pelajar.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.