Sastrawan Indonesia yang Muncul pada Masa Pendudukan Jepang

Chairil Anwar
Sumber :
  • vstory

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan pada tahun 1942, saat itu ia berusia 20 tahun.

Hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada kematian, namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Teeuw mencatat bahwa hingga tahun 1980 tulisan tentang Chairil jauh lebih banyak daripada penulis Indonesia lainnya. Kebanyakan di antaranya merupakan esai dari para penulis muda.

Karya-karya Chairil telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Tanggal kelahirannya (26 Juni) diperingati sebagai Hari Puisi dan tanggal kematiannya (28 April) diperingati sebagai Hari Sastra (pada era 1950-an).

Walaupun demikian penetapan ini tidak disambut oleh semua penyair Indonesia, dan sebagian kelompok menetapkan Hari Sastra sesuai tanggal lahir penyair lainnya, seperti Abdul Muis, Pramoedya Ananta Toer, maupun HB Jassin.

Adapun karya-karya beliau yang telah diterbitkan antara lain :

  1. ·         Deru Campur Debu (1949)
  2. ·         Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus (1949)
  3. ·         Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
  4. ·         Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949, disunting oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
  5. ·         Derai-derai Cemara (1998)
  6. ·         Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
  7. ·         Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck
  8.  

Anas Ma’ruf

Anas Maruf merupakan sastrawan penyair serta jurnalis Indonesia yang lahir pada 27 Oktober 1922 di Bukit Tinggi. Selain sebagai sastrawan yang banyak menulis puisi, Anas Ma'ruf juga dikenal sebagai seorang jurnalis yang berkarier di berbagai media, di antaranya mendirikan Berita Indonesia pada tahun 1945 di Jakarta, sebagai Pemimpin Umum Majalah Nusantara pada tahun 1946, serta anggota redaksi pada beberapa media lainnya sepanjang tahun 1946 sampai 1952.

Dalam berorganisasi, Anas Ma'ruf juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional dari tahun 1955 sampai tahun 1957.

Pada tahun 1962, dia bergabung dalam Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), yang berada di-bawah naungan Nahdlatul Ulama. Bersama rekannya, Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani, Mahbub Djunaidi, serta seniman dan budayawan lainnya, ia ikut mengembangkan seni dan budaya bersama oraganisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.