Seni dan Budaya Harus Bersih dari Politik
- VIVA/Muhamad Solihin
Kami juga mendata seni dan budaya di Indonesia sejak 2017 tapi belum selesai karena luar biasa banyaknya. Targetnya selesai lima tahun tapi belum tentu selesai karena saking banyaknya itu.
Sejauh ini bagaimana kondisi seni dan budaya Indonesia?
Memang dukungan pemerintah itu belum nyata, sehingga masyarakat seperti kebingungan untuk berbuat apa (terkait seni dan budaya). Sekarang sudah ada undang-undangnya, masyarakat juga bingung harus berbuat apa, bagaimana menjabarkannya. Kalau saya enggak usah bingung, tinggal baca dan jalankan saja, jangan ragu-ragu. Kalau bingung, enggak jalan-jalan.
Di tengah gempuran budaya asing, anak-anak zaman sekarang banyak juga yang masih mencintai seni dan budaya Indonesia. Buktinya ketika saya ke luar negeri, banyak anak muda yang ikut ke Romania dan Amerika. Memang sebagian masih cinta budaya Indonesia, tapi ada sebagian yang terpengaruh budaya asing. Yang lebih mencintai budaya asing karena mungkin orangtuanya tidak mendidik, tidak mengarahkan nilai-nilai tradisi ke anak-anaknya. Kalau saya, saya tanamkan budaya Indonesia ke anak-anak.
Karena itu, agar anak-anak mencintai budaya sendiri, kami berusaha bisa masuk ke sekolah-sekolah. Di sisi lain, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memberikan pelajaran ekstrakurikuler seni dan budaya termasuk bahasa daerah di sekolah-sekolah dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Penting pelajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah di daerah.
Kami juga rutin menggelar acara seni dan budaya demi mengenalkannya kepada anak-anak. Bahkan, sebelum KSBN berdiri, saya juga sudah beraktivitas main di Gedung Kesenian Jakarta tiap tahun. Nanti Desember main di Semarang. Saya pemain wayang dan ketoprak.
Seni dan budaya Indonesia beberapa kali diklaim negara asing, bagaimana tanggapan Anda?
Soal klaim yang dilakukan Malaysia, itu sebenarnya hampir mirip karena kita serumpun, terutama di Kalimantan, itu mirip sekali. Misalnya, gitar sape khas Kalimantan. Kebetulan di Kalimantan, ada (negara) Malaysia, Brunei, dan Indonesia sehingga gitar sape tidak bisa dikatakan milik Indonesia, khas Kalimantan iya. Karena itu, harus diidentifikasi dahulu mana yang diklaim. Letak geografis itu berpengaruh dominan.