Menko Darmin Ingatkan Janji Fintech Buka Akses Keuangan Hingga Daerah

Menko Perekonomian Darmin Nasutian.
Sumber :
  • Arrijal Rachman/VIVAnews.com

VIVA – Pemerintah menaruh harapan besar terhadap industri keuangan digital atau fintech untuk mendorong tingkat inklusi keuangan di Indonesia. Semakin tinggi inklusi keuangan di Indonesia, maka semakin banyak masyarakat yang telah menikmati layanan jasa industri keuangan. 

DJP Kantongi Rp 24,99 Triliun dari Pajak Ekonomi Digital: Kripto hingga Fintech

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pemerintah menargetkan inklusi keuangan Indonesia bisa menyentuh 75 persen, lebih tinggi dari realisasi pada 2016, yang baru mencapai 68,7 persen. Selain itu, gross saving ratio Indonesia terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) baru mencapai 31 persen pada 2017.

"Lebih rendah dari Singapura dan China, yang 46 persen dan Thailand 34 persen. Untuk meningkatkan savings, maka pemerintah meluncurkan Strategi Nasional untuk Keuangan Inklusif atau SNKI," kata dia di acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta, Senin 23 September 2019.

OJK Selesaikan 9.107 Aduan Konsumen Jasa Keuangan hingga Mei 2024, Terbanyak Fintech

SNKI memang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016. Menurut Darmin, keberadaan fintech selama ini sangat searah dengan strategi pemerintah untuk mendorong inklusi keuangan di indonesia. Apalagi, 133 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna smartphone. 

Maka, dengan cepatnya perkembangan teknologi digital saat ini dan diterjemahkan oleh fintech untuk menyediakan layanan jasa keuangan secara digital, maka masyarakat akan semakin mudah mengakses layanan keuangan. Terlihat dari cepatnya pertumbuhan fintech dari yang pada 2017, sebanyak 87 fintech menjadi 113 fintech pada 2018.

Strategi KoinWorks Dukung Pertumbuhan UMKM di RI hingga Tahun 2025

"Kita notice beberapa company fintech di Indonesia meningkat, terutama di payment dan landing market. Strong growth bisnis ini membuat banyak fintech agent tumbuh memiliki potensi for financial inclusion," tegasnya.

Adapun beberapa potensi keberadaan fintech yang dirasa mampu mendorong inklusi keuangan, kata Darmin, adalah keberadaan fintech pada 2019, telah mampu melayani 70 masyarakat yang unbanked dan underbanked. Karena, layanan keuangannya sangat mudah, aman, cepat, dan terjangkau.

Dengan fokus menggunakan teknologi digital dan baiknya infrastruktur yang dibangun pemerintah, maka fintech dikatakannya bisa menjangkau masyarakat di daerah ter luar. Selain itu, juga mampu berkolaborasi dengan perbankan untuk terhubung sektor riil yang saat ini juga marak menggunakan teknologi digital.

"Dalam hal ini, saya ingin menyampaikan bahwa fintech provide optimisme untuk mencapai target inklusi keuangan hingga ke kawasan remote. Dengan baiknya akses keuangan mereka bisa meng-improve life dan living standart masyarakat," ungkap dia. (asp)

Ilustrasi uang rupiah

Menguak Sejarah Pinjol di Indonesia, Ternyata Berawal Dari Ini

Pinjaman online alias pinjol saat ini menjadi tren yang semakin populer di tengah masyarakat, termasuk bagi generasi muda. Bagaimana sih sejarahnya?

img_title
VIVA.co.id
13 September 2024