Rokok Elektrik Sering Dikaitkan Penyebar Covid-19, Begini Faktanya

Macam-macam bentuk rokok elektrik.
Sumber :
  • dok. pixabay

VIVA – Di tengah pandemi virus corona informasi kerap kali diteruskan tanpa memberikan konteks maupun akurasi yang jelas. Informasi yang keliru tak terkecuali mengenai rokok elektrik dan produk tembakau alternatif juga sering dikaitkan dengan penyebaran covid-19.

Purbaya Pastikan Tarif Cukai Rokok Tak Naik di 2026, DPR: Lindungi Jutaan Buruh dan Petani

Padahal, pada kenyataannya produk ini telah membantu banyak perokok dewasa sebagai salah satu alternatif yang lebih baik untuk mendapatkan asupan nikotin. Bahkan, cara efektif untuk membantu perokok berhenti merokok.

Dalam laporan terbaru mengenai rokok elektrik yang dirilis oleh Public Health England (PHE), lembaga pemerintah di bawah Department of Health and Social Care Inggris, menyebutkan, persepsi yang salah di masyarakat tentang bahaya rokok elektrik dapat menghalangi para perokok yang tidak bisa berhenti merokok beralih ke produk tembakau alternatif. 

Inovasi Jadi Prioritas Lewat Riset

Padahal, PHE menyebutkan, beralih ke produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik merupakan salah satu cara efektif untuk membantu para perokok dewasa untuk berhenti merokok.

Sejak 2015 silam, PHE secara aktif membuat penelitian mengenai produk tembakau alternatif dan memperbarui laporan setiap tahun. Dalam laporan keenamnya yang dirilis pada Maret 2020, PHE menyebutkan, terjadi peningkatan jumlah perokok yang percaya bahwa rokok elektrik lebih berbahaya dibandingkan rokok. 

Cides ICMI Tawarkan Gagasan Atasi Dilema Pengelolaan Tembakau di Forum Internasional

Menurut PHE, hal itu tidak sesuai dengan kajian para ahli dari Inggris dan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya yang menyimpulkan bahwa penggunaan rokok elektrik jauh lebih rendah bahayanya dibandingkan dengan rokok.

Hal ini disebabkan produk tembakau alternatif tidak melalui proses pembakaran, sehingga secara signifikan menghasilkan kadar zat kimia berbahaya jauh lebih rendah daripada rokok. 

Ahli Toksikologi dari Universitas Airlangga Sho’im Hidayat mengatakan, banyak persepsi keliru mengenai produk tembakau alternatif yang dianggap sama bahayanya dengan rokok tembakau lantaran sama-sama mengandung nikotin. Padahal, nikotin bukanlah pemicu utama penyakit terkait merokok. 

Sho’im menjelaskan, kandungan zat kimia berbahaya dalam rokok adalah TAR yang bersifat karsinogen. TAR yang dihasilkan oleh proses pembakaran pada rokok dapat memicu penyakit-penyakit berbahaya. 

"Semakin tinggi kadar TAR dari pembakaran, risiko terkena kanker atau jantung menjadi lebih besar, kandungan ini tidak ada dalam produk tembakau alternatif," ujar Sho'im, dalam keterangannya, Selasa 14 April 2020.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya