Limbah Plastik Bernilai Ekonomis Tinggi
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Limbah plastik di Indonesia, seharusnya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun, selama ini terkendala kepada pengelolaannya.
Wakil Ketua The Indonesian Olefin and Plastic Industry Association (INAPLAS), Edi Rivai mengatakan hal itu, seperti dkutip dari keterangannya, Jumat 28 April 2017. "Saat ini, sudah banyak industri daur ulang limbah plastik di kota-kota besar di Indonesia. Hanya saja, selama ini terkendala pada pasokan bahan baku berupa limbah plastik," kata dia.
Edi dalam seminar bertajuk "Pengenalan, Pemanfaatan, dan Pengelolaan Plastik, Aman untuk Makanan, Minuman, Lingkungan" kerja sama INAPLAS dan Lions Club International Distric 307 A1, mengatakan, seharusnya kalau melihat output produk plastik di Indonesia, perusahaan daur ulang ini tidak terkendala untuk pasokan bahan baku limbah. Dengan demikian, pasti ada yang terbuang dalam proses perjalanannya.
Dia menganggap, perlunya pemerintah lebih tegas lagi mengeluarkan kebijakan pengolahan sampah, terutama untuk memilah-milah sampah plastik, kaca, kertas, dan organik. Sepanjang hal itu belum dilaksanakan, maka akan banyak limbah plastik tersebut yang terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta tempat lain.
Edi mengatakan, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah, terutama limbah plastik, bahkan kalau perlu mengumpulkan limbah plastik untuk kemudian diserahkan kepada pemulung, sudah sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri daur ulang.
Dia menambahkan, limbah plastik di Indonesia banyak di daur ulang menjadi benang, dakron, strip ban, kantong plastik, bahkan berkerja sama dengan ITB, berencana memanfaatkan limbah plastik sebagai campuran aspal.
Edi mengatakan, kebutuhan plastik di Indonesia masih sangat rendah, yaitu baru mencapai 13 kilogram per kapita. Sedangkan rata-rata ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand) sudah mencapai 60 kilogram per kapita. Kebutuhan plastik ini beragam, mulai dari kemasan makanan dan minuman sampai dengan infrastruktur, pesawat udara, kapal, mobil, dan lain sebagainya.
Kalau ada anggapan plastik sebagai penyumbang kerusakan lingkungan, dia menegaskan bahwa itu sebagai hal yang keliru. Bandingkan dengan kertas yang harus mengambil bahan baku dari pohon, atau gelas yang pembuatannya membutuhkan tenaga listrik yang besar, maka plastik lebih ramah lingkungan.