Penghentian Ekspor ke Myanmar Tak Pengaruhi Perdagangan RI

Dua pekerja di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok tengah melintas dengan sepeda motor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Aksi kekerasan yang dialami warga Rohingya di negara bagian Rahkine, Myanmar, menuai kecaman dari berbagai pihak. Bahkan, sejumlah pengamat ekonomi menilai pemerintah Indonesia perlu memberikan sanksi ke negara tersebut, misalnya penghentian ekspor.

Surplus Neraca Dagang April 2025 Terendah dalam 60 Bulan, BPS Ungkap Biang Keroknya

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, secara keseluruhan, ekspor Indonesia ke Myanmar tidak begitu besar. Sehingga, tidak akan berpengaruh kepada total ekspor Indonesia sendiri.

"Jadi, enggak akan berpengaruh kepada total ekspor kita. Kita kan, tiga terbesarnya (pangsa pasar eskpor) Amerika, Jepang, China," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Senin 4 September 2017.

BPS Tiba-tiba Umumkan Ubah Jadwal Rilis Ekspor-Impor, Ada Apa?

Ia juga menilai, baik ekspor maupun investasi di negara tersebut juga masih sangat kecil. Kendati demikian, dia mengaku akan menyampaikan secara rinci pada pemaparan ekspor bulan selanjutnya.

"Tapi kalau mau data ekspor ke Myanmar bisa disimak nanti, kecil sekali lah," kata dia.

Impor RI Februari 2025 Naik Jadi US$18,86 Miliar, Didominasi Barang dari Tiongkok

Mengutip data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Myanmar per bulan Juni 2017 adalah US$59,4 juta dengan berat 98.714 ton. 

"Saya enggak hafal, tetapi ada komoditas-komoditasnya," tutur dia.

Ilustrasi Ekspor-Impor

Kemendag Ungkap IEU-CEPA Bakal Sumbang 0,04 Persen ke Ekonomi RI

Kemendag mengungkapkan, Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) akan memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
13 Juni 2025