Akankah Mesir Menerima Warga Palestina yang Terlantar akibat Perang Israel di Gaza?

Seorang pria Palestina berusaha menyelamatkan anak perempuan yang terluka.
Sumber :
  • AP Photo/Abed Khaled.

Kebanyakan orang di Gaza saat ini adalah anak atau cucu dari mereka yang mengungsi selama Nakba. Mereka kini berisiko tercabut kembali secara permanen, yang merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional.

170 Aktivis Global Sumud Flotilla Dideportasi Israel

Pertanyaan tentang hak-hak warga Palestina selalu menjadi isu populer di Mesir, menurut Okeil. Jika el-Sisi menyetujui tekanan untuk menyerap populasi Gaza, ia dapat memicu kemarahan dan protes yang meluas.

“Ongkos politiknya [untuk membantu pengungsian warga Palestina] bisa jadi adalah kepresidenan el-Sisi,” kata Okail kepada Al Jazeera.

Gagal Dibunuh Israel, Khalil al-Hayya Pimpin Delegasi Hamas Bahas Gencatan Senjata di Kairo

Langkah seperti itu, kata Okail, kemungkinan besar akan ditafsirkan sebagai membantu Israel memperluas dan memperkuat pendudukannya di wilayah Palestina. Kerusuhan apa pun yang terjadi dapat mendorong militer untuk menggulingkan el-Sisi untuk memulihkan ketertiban, tambahnya.

“Setiap ekspresi perbedaan pendapat di ranah publik di Mesir akan menjadi sangat sensitif bagi tentara,” kata Okail. Para anggotanya “diketahui sepenuhnya menentang gagasan mengizinkan warga Palestina diusir dari tanah mereka dan masuk ke [Mesir]”.

Israel-Hamas Bertemu di Kairo Hari Ini, Bahas Pembebasan Sandera dan Akhiri Perang Gaza

Dilema keamanan

Pengungsi Palestina mengantre untuk masuk perbatasan Rafah, Mesir.

Photo :
  • AP Photo/Fatima Shbair.

El-Sisi juga mengutarakan kekhawatirannya bahwa menerima pengungsi dari Gaza mungkin akan mengundang pejuang Palestina untuk menetap di Mesir.

Dalam pertemuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada tanggal 18 Oktober, el-Sisi menyatakan bahwa warga Palestina yang mengungsi ke wilayah Sinai di Mesir dapat mendirikan “pangkalan baru” untuk melakukan “operasi teroris”.

“Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri dan keamanan nasionalnya dan oleh karena itu secara langsung menyerang tanah Mesir,” kata el-Sisi.

Skenario ini mengancam untuk membatalkan perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel, yang ditengahi oleh Amerika Serikat pada KTT Camp David pada tahun 1978.

Kaldas percaya bahwa ketakutan el-Sisi terhadap keamanan adalah wajar. Dia menambahkan bahwa Mesir mungkin lebih khawatir dengan kedatangan kelompok bersenjata yang lebih kecil dibandingkan Hamas, organisasi Palestina yang serangan mendadaknya terhadap Israel turut memicu perang saat ini.

“Itu tidak berarti mereka tidak mengkhawatirkan Hamas, namun mereka memiliki hubungan yang lebih jelas dan langsung dengan kelompok tersebut,” kata Kaldas kepada Al Jazeera.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya