Jeratan Utang China Dengan Bunga Tinggi Gerogoti Perekonomian Pakistan

Bendera Pakistan.
Sumber :
  • Antara FOTO.

IslamabadPakistan telah mengalami salah satu krisis ekonomi terburuk dalam sejarah berdirinya negara tersebut. Meskipun banyak faktor penyebab kesulitan ekonomi di negara itu, permasalahan ekonomi dan penyebab utama kesulitan keuangan yang dialami Pakistan, sering kali dikaitkan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

Vibesnya Indonesia Banget Ada War Takjil, Yuk Intip Momen Puasa di Yunnan China

Namun, krisis ekonomi di Pakistan juga disebabkan karena banyaknya pinjaman dari China dan Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), yang berkontribusi pada memburuknya krisis ekonomi di wilayah itu.

Ketika situasi ekonomi di negara tersebut memburuk, Bank Dunia mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan bahwa stabilitas ekonomi Pakistan berada di ujung tanduk, dimana perekonomiannya memerlukan restrukturisasi.

Trump Akan Tutup Departemen Pendidikan, Jutaan Mahasiswa di AS Terancam Gagal Kuliah

Ilustrasi utang.

Photo :
  • Pixabay

Inflasi yang meroket, harga minyak bumi dan solar yang melonjak, membuat komoditas-komoditas tersebut terlalu mahal bagi masyarakat umum. Listrik juga menjadi sangat mahal, yang membuat masyarakat marah.  

NATO Minta Zelensky Pulihkan Hubungan dengan Trump Usai Cekcok di Gedung Putih

Country Director Bank Dunia untuk Pakistan, Najy Benhassine, mengatakan bahwa model ekonomi Pakistan saat ini tidak memprioritaskan pembangunan manusia, sehingga tidak dapat mengurangi angka kemiskinan.

Pakistan juga nyaris lolos dari gagal bayar setelah meminta perjanjian siaga sebesar US$3 miliar atau setara dengan Rp46,4 triliun, dengan IMF pada  29 Juni lalu. Paket dana talangan ini, hanyalah yang terbaru dalam sejarah panjang perjanjian IMF yang berhasil membawa Pakistan keluar dari krisis serupa.  Perjanjian siaga pertama antara IMF-Pakistan terjadi pada 1958, dan sejak itu, Pakistan telah menerima 23 paket pinjaman dalam berbagai kesempatan dengan jumlah total US$7,4 miliar atau Rp114,6 triliun.

Meskipun banyak warga Pakistan yang menganggap IMF sebagai alat yang digunakan negara-negara Barat untuk mendominasi negara-negara berkembang melalui rezim utang neo-kolonial, faktanya IMF kala itu telah membantu negara-negara berkembang menghindari keruntuhan finansial.  

Amerika Serikat (AS), mempunyai kekhawatiran mengenai bagaimana Pakistan akan membayar kembali pinjaman China yang terus meningkat, dan menyebutnya sebagai jebakan utang.

Pada Juli lalu, mantan Menteri Keuangan Pakistan Ishaq Dar mengumumkan bahwa China telah memberikan pinjaman sebesar US$2,4 miliar (Rp37,1 triliun) untuk membantu Islamabad bertahan dari salah satu krisis ekonomi terburuknya. Pinjaman ini telah membuat perekonomian Pakistan yang rapuh sepenuhnya bergantung pada Tiongkok dan menjebak negara tersebut dalam utang yang sangat besar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya