Penderitaan Perempuan di Gaza, Tidak Ada Pembalut untuk Menstruasi
- ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad.
Gaza – Perempuan Palestina di Gaza kekurangan pembalut, alat sterilisasi, dan peralatan kebersihan pribadi. Hal ini berdampak negatif terhadap kehidupan mereka di tengah berlanjutnya perang tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel di wilayah Palestina selama tiga bulan.
Berbicara kepada The New Arab, perempuan setempat mengeluh bahwa mereka kadang-kadang harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk mencari di apotek, toko, dan pasar lokal hanya untuk menemukan pembalut dan tisu. Meski demikian, mereka juga tidak mendapatkan satu pun peralatan pribadi yang mereka butuhkan.
Mereka mengaku menderita akibat tidak adanya perlengkapan kebersihan diri, terutama pada saat siklus menstruasi yang memerlukan perhatian khusus terhadap kebersihan.
Ilustrasi menstruasi/haid/pembalut.
- Freepik
Di antara perempuan-perempuan tersebut adalah Zainab Omar, seorang pengungsi Palestina di kota Rafah, yang menghabiskan beberapa hari mencari pembalut namun tidak dapat memperolehnya.
“Saya terpaksa mengungsi dari rumah saya di Kota Gaza ke Rafah tanpa bisa membawa apa pun. Tanpa pakaian, tanpa uang, tanpa apa pun,” kata ibu tiga anak berusia 28 tahun itu, dikutip dari The New Arab, Sabtu, 30 Desember 2023.
"Saya tidak tahu bahwa perang akan berlangsung lama dan saya akan tinggal jauh dari rumah untuk waktu yang lama. Saya berjuang keras untuk bertahan hidup, dan menghadapi semua keadaan sulit yang saya dan suami saya hadapi,” tambahnya.
Zainab tidak tahu bahwa dia akan menghadapi perjalanan siksaan baru, yang akan melibatkan pencarian pembalut wanita, ketika masa menstruasinya semakin dekat.
“Saya tidak mempersiapkan diri untuk kondisi seperti itu. Saya sudah datang bulan, dan saya tidak membawa perlengkapan mandi pada hari-hari seperti ini. Suami saya sering mencari pembalut untuk saya, tetapi dia tidak menemukannya,” ucapnya.
Wanita muda tersebut harus membuang jilbabnya dan memotongnya menjadi tiga bagian untuk digunakan sebagai pengganti pembalut wanita, karena dia biasa mencuci jilbab yang dia gunakan.
"Saya banyak menangis. Saya takut tertular bakteri saat menggunakan kain sebagai pengganti pembalut, tapi saya tidak punya pilihan lain."
Situasinya lebih buruk
Israel buldozer kamp pengungsi Palestina di RS Kamal Adwan, Gaza Utara
- Akhbar al Aan