Suhu Laut Mendatang Bakal Meningkat, Diperkirakan Akan Ada Badai Hebat dan Cuaca Ekstrem

Ilustrasi badai/topan.
Sumber :
  • Freepik/Pixabay

VIVA Dunia – Ada peningkatan kemungkinan terjadinya suhu laut, seperti Badai Daniels yang mematikan tahun lalu di kawasan Mediterania yang sangat hangat, menurut ilmuwan iklim Joel Hirschi Kekhawatiran kini jauh lebih tinggi karena suhu permukaan udara dan permukaan laut global.

Ciputra Group Luncurkan Cluster Mediterania Ekslusif di Citra Garden City, Ini Keunggulannya

"Belum pernah terjadi sebelumnya, baik dalam hal penyimpangan dari normal dan durasi iklim," kata Francesca Guglielmo dari EU Copernicus Service kepada Anadolu.

Ketika suhu laut mencapai puncak baru yang berbahaya, para ahli memperingatkan tingkat akumulasi panas yang belum pernah terjadi sebelumnya akan memicu reaksi berantai yang hebat, termasuk badai dan topan yang mematikan, dalam beberapa bulan mendatang.

Berdampak Cuaca Ekstrem Akibat 3 Siklon Ini, BMKG Minta Diwaspadai

Laporan terbaru yang dilansir dari laman Aa.com.ter ini menunjukkan bahwa lautan di seluruh dunia kini berada pada suhu terpanas. Layanan Perubahan Iklim Copernicus UE menemukan bahwa suhu permukaan laut sangat tinggi sepanjang tahun 2023 dan awal tahun 2024.

8 Langkah Antisipasi Bencana Badai yang Harus Anda Lakukan

Pada akhir Februari 2024, suhu permukaan laut rata-rata harian mencapai titik tertinggi absolut baru yaitu 21,09 derajat Celsius (69,962 derajat Fahrenheit). Peneliti iklim Leon Simons mengatakan kepada Anadolu bahwa kemunculan El Nino di Samudra Pasifik tahun lalu menyebabkan peningkatan pemanasan lautan dan atmosfer, sehingga memicu perubahan pola cuaca.

“Dengan suhu seluruh Samudera Atlantik yang tercatat hangat, hal ini akan meningkatkan suhu, terutama tahun ini dalam beberapa bulan mendatang… Dengan suhu yang lebih tinggi ini, badai dapat menjadi lebih kuat… (dan) Anda dapat mengalami banjir yang sangat besar seperti yang kita lihat di Libya, Yunani dan di banyak bagian dunia pada tahun lalu,” katanya.

Banjir tersebut, jelasnya, disebabkan oleh meningkatnya curah hujan, yang terjadi ketika udara hangat menjadi dingin saat bergerak di atas daratan atau terutama di daerah tinggi seperti pegunungan. Peneliti iklim lainnya, Joel Hirschi, mengatakan suhu di Atlantik “sangat tinggi”.

“Jika suhu ini terus berlanjut hingga akhir tahun, setelah bulan Mei-Juni hingga bulan Juli memasuki musim badai, hal ini dapat mendukung musim badai yang sangat aktif, terutama sehubungan dengan berkurangnya El Nino,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya