China Tegaskan Tak Takut Meski AS Naikkan Tarif Impor Hingga 245 Persen

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian
Sumber :
  • Dok Kemlu China

Beijing, VIVA – Meskipun menghadapi penetapan tarif impor sebesar 245 persen oleh Amerika Serikat terhadap komoditas asal China, Beijing menegaskan bahwa posisinya tetap tidak akan berubah.

Prabowo Welcomes MoU Between Indonesia’s Bakamla and China Coast Guard

"Mengenai bagaimana angka 245 persen itu muncul, sebaiknya ditanyakan pada pihak AS. Tidak ada pemenang dalam perang tarif atau perang dagang, China pun tidak ingin melawan negara mana pun, tetapi kami juga tidak takut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu.

Bendera Amerika Serikat (AS) dan China.

Photo :
  • ANTARA/Xinhua.
Kabar Trump Tunda Penerapan Tarif Dagang Baru Hembuskan Angin Segar, RI Harus Perkuat Industri Nasional

Berdasarkan perintah administratif Gedung Putih pada Selasa, 15 April 2025, disebutkan bahwa "China menghadapi tarif hingga 245 persen atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan balasannya".

Rinciannya adalah tarif timbal balik sebesar 125 persen, tarif 20 persen terkait masalah fentanil, dan tarif "Section 301" atas barang-barang tertentu, antara 7,5 hingga 100 persen.

Dorongan AI China Picu Skeptisisme Global

"China sebelumnya menekankan bahwa penerapan tarif tinggi yang berulang kali dilakukan AS terhadap China telah menjadi permainan angka yang tidak memiliki signifikansi ekonomi praktis," tambah Lin Jian.

Penambahan tarif, ungkap Lin Jian, hanya akan semakin mengungkap taktik AS dalam menggunakan tarif sebagai intrumen dan bahkan menjadikannya sebagai senjata untuk mengintimidasi dan memaksa negara lain.

"Jika AS terus memainkan permainan angka tarif, China akan mengabaikannya. Jika AS bersikeras terus melanggar hak dan kepentingan China secara substansial, maka kami akan dengan tegas melakukan serangan balik dan berjuang sampai akhir," tambah Lin Jian.

Lin Jian pun menegaskan bahwa perang tarif dimulai oleh AS dan posisi China sudah sangat jelas.

"China telah mengambil tindakan balasan yang diperlukan untuk mempertahankan hak dan kepentingannya yang sah serta keadilan dan kewajaran norma internasional," ungkap Lin Jian.

Ia kembali mengulang syarat yang diajukan China bila AS benar-benar ingin menyelesaikan masalah tarif melalui dialog dan negosiasi yaitu pemerintah AS harus berhenti menggunakan tekanan maksimum, menghentikan ancaman, serta berdialog atas dasar kesetaraan, rasa hormat dan saling menguntungkan.

Dalam perintah administratif Gedung Putih disebutkan bahwa Presiden Trump mengenakan tarif 10 persen pada semua negara dan tarif timbal balik yang lebih tinggi kepada masing-masing negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan AS demi menyamakan kedudukan dan melindungi keamanan nasional Amerika.

"Lebih dari 75 negara telah menghubungi untuk membahas kesepakatan perdagangan baru sehingga tarif timbal balik itu dihentikan sementara kecuali untuk China, yang melakukan tindakan balasan," ungkap Gedung Putih.

Presiden AS Donald Trump usai menandatangani perintah eksekutif, Rabu, 9 April 2025, waktu setempat.

Photo :
  • AP Photo

Sedangkan China pada 11 April 2025 sudah mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 125 persen untuk barang-barang AS atau naik dari tadinya 84 persen. Tindakan tersebut merupakan respon dari penerapan tarif 125 persen yang ditetapkan Presiden Trump pada 10 April untuk barang-barang asal China.

Berdasarkan laman Perwakilan Dagang AS, total nilai perdagangan AS dan China pada 2024 mencapai 582,4 miliar dolar AS. Ekspor barang AS ke China mencapai 143,5 miliar dolar AS sedangkan ekspor China ke AS mencapai 438,9 miliar dolar AS sehingga AS mengalami defisit perdagangan barang dengan China mencapai 295,4 miliar dolar AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya