WHO PHK Besar-besaran Imbas Pengurangan Anggaran dari AS

Ilustrasi PHK.
Sumber :
  • vstory

Washington, VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan PHK besar-besaran, imbas defisit anggaran dan pendanaan dari Amerika Serikat (AS).

Meski Memanas, Trump dan Xi Jinping Bakal Ngobrol Lewat Telepon Minggu Ini

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa kekurangan dana yang mendadak telah memaksa lembaga tersebut untuk mengambil keputusan sulit.

“Penurunan pendapatan yang tiba-tiba telah membuat kita mengalami kesenjangan gaji yang besar dan tidak ada pilihan, selain mengurangi skala pekerjaan dan tenaga kerja kita,” kata Tedros dalam pidatonya, dikutip dari CNA, Rabu 23 April 2025.

PHK Massal Terjadi di Mana-mana, Kriminolog Ungkap Ancaman yang Mengintai

Defisit ini terutama disebabkan oleh keputusan Amerika Serikat untuk tidak membayar iuran keanggotaan WHO untuk tahun 2024, serta kemungkinan besar untuk tahun 2025.

Padahal, AS merupakan kontributor terbesar dalam pendanaan WHO, dengan total kontribusi sukarela mencapai 1,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 21,8 triliun) untuk anggaran 2022-2023.

Trump Minta Negara Lain Ajukan Penawaran Terbaik Sebelum Berakhir Batas Waktu Negosiasi

“Penolakan AS untuk membayar kontribusi yang dinilai untuk tahun 2024 dan 2025, dikombinasikan dengan pengurangan bantuan pembangunan resmi oleh beberapa negara lain, berarti kita menghadapi kesenjangan gaji untuk tahun 2026 hingga 2027 antara US$ 560 juta (Rp943 miliar) atau US$ 650 juta (Rp1 triliun),” ujar Tedros.

Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia/WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Photo :
  • WHO

Ia kemudian menyatakan bahwa jumlah tersebut mewakili sekitar 25 persen dari total gaji staf, namun bukan berarti akan memangkas jumlah posisi sebesar 25 persen.

Meskipun belum mengumumkan secara rinci jumlah posisi yang akan terdampak, Tedros mengakui sudah mengucapkan salam perpisahan kepada banyak rekan kerja dan menegaskan komitmen WHO untuk melakukan pengurangan secara manusiawi.

“Kami memulai dengan pengurangan manajemen senior. Kami mengurangi tim kepemimpinan senior di kantor pusat dari 12 menjadi 7,” tutur Tedros.

“Dan jumlah departemen akan dikurangi (lebih dari) setengahnya, dari 76 menjadi 34,” sambungnya.

Langkah efisiensi ini terutama akan berdampak pada kantor pusat WHO di Jenewa. Namun, kantor regional serta beberapa kantor di negara-negara juga diperkirakan akan ikut terdampak, bahkan berpotensi ditutup.

"Ini adalah keputusan yang sangat menyakitkan bagi kita semua,” katanya.

Sebagai upaya jangka panjang, negara-negara anggota WHO telah menyepakati peningkatan kontribusi tetap sejak 2022. Tanpa peningkatan itu, kontribusi yang dinilai hanya mencapai 746 juta dolar AS (sekitar Rp1,2 triliun) untuk dua tahun.

Kini, WHO berharap dapat mengumpulkan iuran keanggotaan sebesar 1,07 miliar dolar AS (sekitar Rp18 triliun) untuk periode 2026-2027, bahkan tanpa dukungan dari Amerika Serikat.

Sementara itu, WHO menegaskan perlunya memusatkan kembali perhatian pada fungsi inti organisasi dan meningkatkan efisiensi, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan global akan dukungan kesehatan.

“Keputusan pemerintah AS untuk membubarkan lembaga bantuan luar negeri AS, USAID, dan membekukan hampir semua bantuan, termasuk untuk proyek kesehatan di seluruh dunia, telah membuat dampak sangat parah di negara-negara berkembang khususnya,” kata Tedros.

Meski dalam tekanan, Tedros menekankan bahwa WHO akan tetap berfokus pada misi kemanusiaan: membantu negara-negara untuk beralih dari ketergantungan pada bantuan eksternal menuju kemandirian yang lebih kuat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya