Transformasi Gila F-22 Raptor: Bukan Lagi Pemburu, Kini Jadi Komandan Drone Tempur Super Canggih USAF
- lockheedmartin.com
VIVA – Jet tempur siluman paling ikonik milik Amerika Serikat, F-22 Raptor, resmi memasuki fase baru yang jauh lebih futuristik. Pesawat tempur generasi kelima yang selama ini dikenal sebagai salah satu pemburu udara paling mematikan di dunia, kini akan berubah fungsi menjadi ‘komandan udara’ bagi sekawanan drone tempur otonom.
Langkah ini bukan sekadar modernisasi sistem, melainkan lompatan besar dalam taktik peperangan udara masa depan. F-22 Raptor yang sebelumnya dirancang untuk mendominasi pertempuran udara secara langsung, kini akan memainkan peran penting sebagai otak di balik operasi udara terpadu antara manusia dan mesin.
Teknologi kecerdasan buatan dan komunikasi generasi terbaru akan menyatu dalam kokpitnya untuk mengarahkan drone tempur generasi terbaru yang dikenal sebagai Collaborative Combat Aircraft atau CCA.
Program ini digagas oleh Air Force Research Laboratory (AFRL) bersama Air Combat Command (ACC), melalui proyek bernama Crewed-Piloted Integration (CPI). F-22 akan dibekali sistem avionik mutakhir dan antarmuka pilot-drone yang memungkinkan kontrol simultan terhadap beberapa drone sekaligus.
VIVA Militer: Pesawat Jet Tempur F-22 Raptor
- Wikipedia
Berikut fakta-fakta menarik dan penting tentang transformasi F-22 menjadi komandan udara masa depan:
1. F-22 Raptor Berubah Fungsi Jadi ‘Air Boss’
F-22 awalnya tidak dirancang untuk menjadi pengendali drone, tetapi keunggulan siluman, sistem sensor sensitif, dan konektivitas data antar pesawat membuatnya menjadi kandidat ideal.
Menurut pernyataan resmi AFRL, uji terbang awal dalam konfigurasi baru ini akan dilakukan pada 2025 dan terus dikembangkan hingga 2026 untuk mencapai kesiapan tempur penuh.
2. Drone CCA Bukan Sekadar Pengikut
Collaborative Combat Aircraft (CCA) adalah drone tempur otonom yang dirancang untuk bertempur berdampingan dengan jet tempur berawak. Dilansir dari Defense News dan Air & Space Forces Magazine, drone ini mampu:
- Menjalankan misi tempur langsung bersama jet berawak
- Melakukan perang elektronik dan mengganggu sistem komunikasi musuh
- Menyerang target secara terkoordinasi dan cepat
- Menjadi pengangkut senjata dan perisai untuk jet utama dalam pertempuran
3. Proyek Drone CCA Sudah Mulai Diproduksi
Beberapa perusahaan pertahanan ternama telah mengembangkan prototipe drone CCA. General Atomics menghadirkan YFQ-42A Gambit, sementara Anduril mengembangkan YFQ-44A Fury.
Keduanya memiliki desain modular dan sistem AI adaptif. Mengutip Breaking Defense, desain ini memungkinkan drone beroperasi dalam berbagai skenario pertempuran, dari pertempuran udara ke udara hingga misi pengintaian dan dukungan serangan darat.
4. Menjadi Jembatan Menuju Jet Tempur Generasi Keenam
Transformasi F-22 ini bukan hanya tentang masa kini, tetapi juga menjadi fondasi untuk masa depan. USAF sedang mengembangkan jet tempur generasi keenam melalui program Next Generation Air Dominance (NGAD).
Data dari integrasi antara F-22 dan CCA akan digunakan untuk merancang pesawat tempur baru yang lebih cerdas, mematikan, dan efisien.
5. Target Operasional 1.000 Unit Drone CCA
Menurut laporan dari The War Zone, USAF menargetkan untuk mengoperasikan hingga seribu unit drone CCA sebagai ‘wingman’ atau pendamping jet tempur utama.
Setiap F-22 nantinya dapat mengendalikan hingga empat unit drone secara bersamaan. Formasi ini diyakini akan memberikan keunggulan taktis luar biasa, memungkinkan serangan lebih presisi dengan risiko lebih kecil terhadap pilot manusia.
6. Akhir Era F-22, Awal Dominasi Baru
Meski F-22 dijadwalkan pensiun pada awal dekade 2030-an, perannya tidak akan berakhir begitu saja. Justru, dalam masa transisi ini, F-22 menjadi bagian penting dari pergeseran paradigma peperangan udara modern. Sebagai komandan drone, F-22 akan tetap menjadi kekuatan dominan di langit hingga pesawat generasi keenam siap menggantikannya.