Rudal Jelajah Baru Ukraina Flamingo dengan Jangkauan 3.000 Km Terungkap, Diklaim Bisa Hantam Moskow hingga Siberia

Rudal Flamingo Ukraina
Sumber :
  • AP News

VIVA – Ukraina kembali membuat kejutan di tengah perang berkepanjangan melawan Rusia. Bukan lagi sekadar drone kamikaze atau rudal balistik jarak pendek, kini negara itu menghadirkan rudal jelajah anyar bernama Flamingo.

10 Jet Tempur dengan Persenjataan Terberat di Dunia, No 1 Bisa Bawa Hampir 15 Ton!

Senjata ini diklaim mampu menempuh jarak hingga 3.000 kilometer atau 1.864 mil, menjadikannya salah satu senjata paling berbahaya yang pernah dimiliki Ukraina.

Dengan jangkauan tersebut, Flamingo berpotensi menempatkan hampir seluruh wilayah Rusia dalam ancaman serangan, termasuk ibu kota Moskow, kota besar St. Petersburg, hingga sebagian wilayah Siberia.

Rafale vs F-15EX, Mana Jet Tempur Super Canggih yang Lebih Perkasa di Langit Indonesia?

Kabar pertama soal rudal Flamingo datang dari jurnalis foto Associated Press, Efrem Lukatsky, yang membagikan foto rudal tersebut di Facebook. Ia menyebut Flamingo sudah diproduksi massal oleh perusahaan Ukraina bernama Fire Point, bahkan diklaim sudah dipakai dalam serangan nyata ke Rusia.

Tak lama setelah itu, media lokal Ukrainska Pravda merilis video yang menunjukkan rudal Flamingo diluncurkan dari rel yang dipasang pada trailer dua gandar. Rudal terlihat menanjak tajam sesaat setelah peluncuran. Meski begitu, Kementerian Pertahanan Ukraina belum mau membuka detail teknisnya. Menteri Pertahanan Denys Shmyhal hanya menyampaikan, “Informasi lengkap akan diumumkan pada saat yang tepat.”

Indonesia Siap Menguasai Langit dengan 100 Jet Tempur Super Canggih, Rafale Pertama Sudah ‘Showcase’

Lalu, apa saja fakta penting dari rudal Flamingo ini? Berikut ulasannya.

Deretan Fakta Rudal Flamingo

1. Jangkauan hingga 3.000 km

Flamingo diklaim mampu menghantam target sejauh 1.864 mil atau 3.000 kilometer.

Dengan jarak ini, kota-kota besar Rusia, termasuk Moskow, St. Petersburg, hingga Siberia, masuk dalam jangkauan.

2. Warhead super berat

Laporan Ukrainska Pravda menyebut Flamingo membawa hulu ledak seberat 1.150 kilogram.

Jika benar, daya ledaknya jauh lebih besar dibanding Storm Shadow/SCALP-EG buatan Inggris-Prancis yang hanya sekitar 450 kilogram.

3. Mirip dengan rudal FP-5 asal UEA

Desain Flamingo sangat menyerupai rudal FP-5 milik perusahaan Milanion yang berbasis di Uni Emirat Arab.

FP-5 punya spesifikasi jangkauan 3.000 km, kecepatan maksimum 950 km/jam, serta warhead 1.000 kg.

Milanion pernah memasok peralatan militer untuk Ukraina, namun belum ada konfirmasi resmi soal keterkaitannya dengan Flamingo.

4. Berukuran jumbo

FP-5 memiliki bentang sayap 6 meter dan bobot maksimum lepas landas 6 ton.

Hal ini menunjukkan Flamingo masuk kategori rudal besar dengan daya rusak lebih masif.

5. Pemandu tahan jamming

FP-5 disebut memakai kombinasi navigasi satelit, sistem inersial, serta tahan terhadap peperangan elektronik.

Flamingo kemungkinan besar mengadopsi sistem serupa.

6. Setara Kalibr Rusia

Jika spesifikasi benar, Flamingo menempatkan Ukraina setara dengan rudal jelajah Rusia, Kalibr, yang punya jangkauan 1.500 km.

Analis pertahanan yang dikutip The War Zone menilai: “Kehadiran Flamingo bisa mengubah peta perang, memberi Ukraina kemampuan serangan strategis yang belum pernah ada sebelumnya.”

7. Melampaui rudal Ukraina sebelumnya

Sebelumnya, Ukraina hanya mengandalkan rudal Neptune darat (jangkauan 225 mil), Storm Shadow/SCALP-EG (250 km), serta ATACMS (300 km).

Flamingo melampaui semuanya, baik jarak maupun daya ledak.

Ancaman Baru untuk Rusia

Dengan kemampuan seperti itu, Flamingo dipandang sebagai senjata strategis pertama Ukraina yang bisa mengancam Rusia jauh ke dalam wilayahnya. Sejumlah pengamat menyamakannya dengan rudal-rudal era Perang Dingin seperti MGM-13 Mace milik AS atau bahkan V-1 Flying Bomb Nazi Jerman.

“Flamingo adalah game-changer. Rudal ini bukan sekadar memberi efek psikologis, tapi juga kapasitas nyata untuk melumpuhkan target strategis Rusia,” ujar seorang pakar militer Eropa Timur kepada Euronews.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya