Israel Menargetkan Kepemimpinan Hamas dalam Serangan di Qatar, Gencatan Senjata Gaza Terancam Gagal
- AP News
Doha, VIVA – Israel melancarkan serangan ke Qatar pada Selasa, 9 September 2025 waktu setempat dengan menargetkan pimpinan Hamas yang sedang membahas proposal gencatan senjata dari Amerika Serikat.
Serangan di wilayah sekutu utama AS itu memicu kecaman keras internasional dan mengancam proses diplomasi perdamaian Gaza.
Ledakan dilaporkan terdengar di ibu kota Doha. Dilansir AP News, operasi ini sudah disiapkan selama berbulan-bulan.
Seorang pejabat senior Hamas juga membenarkan bahwa para negosiator mereka menjadi target. Ini disebut sebagai pertama kalinya Israel melancarkan operasi militer di Qatar.
Menurut dua pejabat Washington, Pemerintah AS diberitahu sebelumnya terkait serangan itu, meskipun Gedung Putih menegaskan tidak ikut terlibat.
Israel Akui Serangan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka mengklaim negaranya bertanggung jawab penuh atas operasi itu.
“Israel yang memulai, Israel yang melaksanakan, dan Israel mengambil tanggung jawab penuh atas serangan ini,” ujar Netanyahu dikutip AP News.
Ia menegaskan keputusan diambil setelah penembakan di Yerusalem yang menewaskan enam orang, serta serangan di Gaza yang merenggut nyawa empat tentaranya.
Militer Israel menyebut menggunakan amunisi presisi dan intelijen tambahan dalam serangan, namun tidak menjelaskan detail teknis maupun korban.
Qatar Kecam Serangan Israel
Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut serangan itu sebagai tindakan pengecut dan pelanggaran mencolok terhadap hukum serta norma internasional.
Sekjen PBB Antonio Guterres juga mengecam langkah Israel. “Semua pihak harus bekerja menuju tercapainya gencatan senjata permanen, bukan malah menghancurkannya,” tegasnya.
Mesir menyebut serangan itu sebagai serangan langsung terhadap kedaulatan Qatar, sementara Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menilai sebagai tindakan kriminal dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Begitupun dengan Uni Emirat Arab yang menyatakan solidaritas penuh kepada Doha.
Ancaman Gagalnya Gencatan Senjata
Serangan ini dilakukan saat Hamas sedang membahas proposal gencatan senjata terbaru dari AS yang dibawa utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff. Proposal itu mencakup penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan seluruh sandera.
Namun seorang pejabat Hamas menilai dokumen itu sebagai penyerahan yang memalukan, meski kelompok itu tetap akan memberi jawaban resmi dalam beberapa hari.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang di Israel mengaku ketakutan. “Harapan kepulangan mereka kini menghadapi ketidakpastian yang lebih besar dari sebelumnya, dengan satu hal yang benar-benar pasti waktu mereka semakin menipis,” bunyi pernyataan resmi.
Serangan ke Qatar semakin membuat Israel tertekan secara diplomatik. Negara-negara Barat sebelumnya sudah mendesak penghentian perang, apalagi dengan kondisi Gaza yang dilanda kelaparan dan krisis kemanusiaan.
Riyadh bahkan memperingatkan bahwa langkah Israel hanya memperkeruh jalan menuju normalisasi hubungan di bawah Abraham Accords. Sementara Hamas menegaskan hanya akan membebaskan 48 sandera terakhir jika Israel menyetujui penghentian perang total, pembebasan tahanan Palestina, dan penarikan penuh pasukan. Netanyahu menolak syarat tersebut.