Indonesia Diwajibkan Beli 30 Jet Tempur Ini Jika Ingin Kapal Induk Giuseppe Garibaldi dari Italia
- Wikipedia
Jakarta, VIVA – Rencana Indonesia untuk memiliki kapal induk semakin menguat setelah muncul kabar soal kemungkinan akuisisi ITS Giuseppe Garibaldi (C551) dari Italia.
Namun, ternyata ada syarat khusus yang ditetapkan pihak Italia. Negeri Pizza hanya akan melepas kapal induk tersebut jika Indonesia juga bersedia membelinya dalam satu paket lengkap dengan 30 jet tempur ringan AV-8B Harrier II.
Informasi ini pertama kali dilaporkan media pertahanan internasional Janes, yang menyebut kesepakatan itu datang langsung dari Angkatan Laut Italia.
“Kesepakatan kemungkinan mencakup transfer beberapa dari 30 pesawat AV-8B Harrier II short take-off and vertical landing (STOVL) milik Angkatan Laut Italia,” tulis media tersebut, dikutip VIVA Sabtu, 13 September 2025.
Jika benar-benar terealisasi, maka Indonesia untuk pertama kalinya tidak hanya memiliki kapal induk, tetapi juga mengoperasikan jet tempur STOVL yang bisa lepas landas pendek dan mendarat vertikal.
Kapal Induk ITS Giuseppe Garibaldi
Wacana Lama yang Kini Kembali Menguat
Rencana pembelian kapal induk bukan hal baru. Wacana ini sudah muncul sejak 2015, namun baru kali ini terlihat lebih serius. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Muhammad Ali, menegaskan bahwa pengadaan kapal induk memang tengah dipertimbangkan untuk mendukung operasi militer selain perang (OMSP).
Menurutnya, TNI AL sudah mengajukan sejumlah pengadaan alutsista ke Kementerian Pertahanan (Kemhan). Salah satu yang diprioritaskan adalah kapal induk karena dinilai penting untuk operasi kemanusiaan, termasuk pengiriman bantuan bencana secara cepat dan masif.
Paket dengan 30 Jet Tempur AV-8B Harrier II
Syarat Italia yang mewajibkan pembelian satu paket dengan jet tempur AV-8B Harrier II jelas menjadi perhatian besar. Pesawat buatan McDonnell Douglas (kini Boeing) ini dikenal sebagai jet tempur ringan multiperan dengan kemampuan unik lepas landas pendek dan pendaratan vertikal.
AV-8B Harrier II bukan pesawat sembarangan. Ia telah menjadi salah satu andalan Korps Marinir Amerika Serikat, Spanyol, dan tentu saja Italia. Dengan akuisisi paket ini, Indonesia otomatis juga menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan jet tempur jenis STOVL.
Namun, syarat ini diperkirakan akan memperpanjang pembahasan antara Indonesia dan Italia. Pasalnya, pengadaan tidak hanya melibatkan kapal induk berusia empat dekade, tetapi juga 30 unit pesawat tempur yang tentu membutuhkan biaya, pelatihan, hingga kesiapan infrastruktur.
Kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Italia belakangan memang semakin intens. Sebelumnya, Indonesia telah mengakuisisi dua fregat kelas PPA, yaitu KRI Brawijaya-320 dan KRI Prabu Siliwangi-321.