Pelajar Disiram Air Keras di Jakarta Utara, Polisi Tangkap Sejumlah Siswa SMK
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Jakarta, VIVA – Aksi kekerasan brutal antar pelajar kembali terjadi di Ibu Kota. Seorang siswa SMK berinisial AP (17) mengalami luka bakar serius di wajah setelah disiram air keras oleh kelompok pelajar dari sekolah lain.
Insiden ini terjadi di kawasan Jakarta Utara dan langsung menyita perhatian publik. Kapolres Metro Jakarta Utara, Komisaris Besar Polisi Erick Frendriz, mengungkapkan bahwa pelaku merupakan siswa dari salah satu SMK di wilayah Koja. Sedangkan korban adalah pelajar SMK di Tanjung Priok.
“Anggota kami sudah berhasil mengamankan beberapa orang, yang diduga terlibat dalam kejadian tersebut. Pelakunya adalah siswa, dari satu SMK di wilayah Koja, sementara korban adalah siswa juga yang berasal dari SMK dari wilayah Tanjung Priok,” kata Erick dalam keterangannya, Senin, 4 Agustus 2025.
Ilustrasi pantai
- Pexels
Peristiwa ini bermula saat sekitar 10 pelajar dari SMK Koja berkeliling selepas jam sekolah dengan tujuan mencari lawan tawuran. Namun karena tak kunjung menemukan target, mereka justru berpapasan dengan tiga pelajar lain yang tengah berboncengan motor.
Tanpa basa-basi, kelompok tersebut langsung memepet kendaraan korban hingga jatuh. Dalam posisi tergeletak, korban disiram air keras oleh salah satu pelaku.
“Spontan, pelaku ini mepet kendaraan korban, kemudian terjatuh, dan si pelaku menyiramkan air keras. Korban AP (17) luka di sekitar wajah dan mengenai mata,” ujar Erick.
Korban langsung dilarikan ke RSCM untuk mendapat penanganan intensif. Polisi menyebut, air keras tersebut memang telah disiapkan sebelumnya oleh para pelaku yang patungan membelinya. Tujuannya jelas: dipakai dalam aksi tawuran.
"Dan yang paling penting itu pelaku sudah ada niat melukai korbannya nanti pada saat tawuran dengan air keras yang mana air keras itu sudah disiapkan sebelumnya dibeli dengan harga tertentu dan di tempat tertentu," ujarnya Erick.
Dari hasil pemeriksaan, terungkap bahwa aksi kekerasan ini dipicu dari eksistensi geng pelajar yang aktif di media sosial. Masing-masing sekolah disebut memiliki kelompok yang saling memprovokasi secara daring sebelum bertemu dan bentrok secara langsung di jalanan.
“Ternyata dengan maraknya media sosial, antar sekolah ini ternyata memang ada kelompok siswa yang ada di sekolah tersebut yang memang sengaja mencari lawan di media sosial atas nama kelompok anak di sekolah tersebut," kata dia.
Erick juga menegaskan bahwa peristiwa ini tergolong acak. Para pelaku tidak mengenal korban secara personal, namun langsung melakukan penyiraman begitu bertemu pelajar dari sekolah lain.
Karena seluruh pelaku masih di bawah umur, polisi juga melibatkan Balai Pemasyarakatan (Bapas) dalam penanganan kasus ini. Status para pelaku masih dalam pemeriksaan intensif, dan belum semua ditetapkan sebagai tersangka.
"Setelah kami dalami, ini masih pemeriksaan, ini random, kejadian ini random, mereka sengaja keliling pulang sekolah, kemudian ketemu yang disangka lawan dan langsung melakukan penyiraman. Ini masih kami kembangkan akan disampaikan humas lebih lanjut terkait berapa yang kelompok mereka, diputuskan sebagai tersangka, atau saksi. Sejauh ini masih pemeriksaan dan semuanya pelajar," ujar dia.