BPS: Kemiskinan di Jakarta Meningkat, Beras dan Rokok Jadi Penyumbang Terbesar

Ilustrasi kemiskinan.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 mencapai 464,87 ribu orang, atau bertambah 15,8 ribu orang dibandingkan September 2024.

Jika Cukai Rokok Naik, Petani Tembakau Terpuruk? Ini Kata Akademisi IPB

Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, menyebut lonjakan harga kebutuhan pokok menjadi penyebab turunnya daya beli masyarakat miskin.

“Meski sempat terjadi deflasi pada Januari-Februari 2025, penurunan harga tersebut disebabkan oleh diskon tarif listrik yang bersifat sementara dan tidak mencerminkan pemulihan daya beli penduduk miskin. Selain itu lonjakan harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadan menyebabkan daya beli masyarakat semakin turun,” ujar Nurul saat dihubungi tvOnenews.com, Sabtu 20 September 2025.

BI Rate Turun Terus, Bank Indonesia Minta Bank Turunkan Suku Bunga

Ilustrasi kemiskinan di Indonesia.

Photo :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

BPS mencatat garis kemiskinan pada Maret 2025 mencapai Rp 852.768 per kapita per bulan, naik 0,79 persen dibandingkan September 2024 yang sebesar Rp 846.085 per kapita per bulan.

Kemiskinan Turun, Ketimpangan Masih Menganga

Komponen terbesar pembentuk garis kemiskinan masih didominasi makanan sebesar 69,41 persen, sedangkan non makanan 30,59 persen. Beras menjadi penyumbang terbesar dengan 23,99 persen, diikuti rokok kretek filter 13,73 persen, daging ayam ras 7,29 persen, dan telur ayam ras 6,92 persen.

Sementara dari sisi non makanan, kontribusi terbesar berasal dari perumahan sebesar 40,33 persen, listrik 12,46 persen, pendidikan 8,12 persen, dan bensin 7,77 persen.

Menurut BPS, kondisi ini menunjukkan betapa beban pengeluaran rumah tangga miskin di Jakarta masih terkonsentrasi pada kebutuhan pangan, terutama beras dan rokok, serta biaya perumahan dan energi pada sektor non pangan.

tvOnenews/Abdul Gani Siregar

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya