Kisah Eks Tapol PKI di Pulau Buru Dipaksa Mengaku Meski Tak Terlibat
- VIVA/Belseran Christ
"Saya memilih di sini karena istri saya meninggal. Saya berpikir kalau saya yang nggak bisa merawat anak saya seperti yang saya harapkan, saya akan menderita lagi, maka saya memutuskan untuk tinggal di sini," jelas Diro.
Dia menikah dengan perempuan asli Pulau Buru dan memiliki empat anak. Anaknya sulungnya dibesarkan oleh orang tua Diro di Jawa Tengah.
Diro menghidupi keluarganya dari sawah dan juga ternak. "Yang saya pikirkan sekarang hanya bagaimana anak-anak bisa sekolah supaya pintar, agar tidak dibodohi kayak saya ini, tidak salah dianggap bersalah sampai dibuang ke sini," ungkapnya.
Diro, yang kini tinggal di Namlea, Pulau Buru, mengaku masih ada suara sumbang dari sebagian masyarakat tentang keterlibatannya dalam “organisasi terlarang”. Namun hal ini tidak menyurutkan niatnya untuk meluruskan sejarah.
“Setiap refleksi kemerdekaan di sini, saya selalu memberikan semangat pada kaum muda akan pentingnya Pancasila dan persatuan, serta meluruskan sejarah yang selama ini tak benar,” tutur Diro.
Menurutnya, banyak orang dituduh PKI dan ormasnya tanpa lewat proses peradilan. Persoalan ini seharusnya diketahui masyarakat dan pemerintah bersedia mengakui kesalahan masa lalu.
“Kalau Negara itu punya Pancasila, tolong diaplikasikan dalam kehidupan setiap warga negara. Saya dan warga yang dituduh tapol ini merasa tak pernah buat kejahatan dan tak pernah macam-macam,” ungkap Tiro sambil mengakhiri perbincangan. (ren)
Laporan : Belseran Christ - Sutarsih Kontributor tvOne Kabupaten Buru, Maluku
