Fenomena Tanah Bergerak Terjadi di Banjarnegara Akibatkan Jalan Ambles dan 16 Rumah Rusak Berat
- BNPB
Jakarta, VIVA – Fenomena tanah bergerak terjadi di wilayah Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Peristiwa itu terjadi selama dua hari yakni pada akhir bulan Januari 2025.
Akibat fenomena tanah bergerak itu, jalan penghubung antara Kecamatan Pejawaran dan Kecamatan Batur mengalami ambles.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sementara ada lima titik rekahan dengan kedalaman ambles sebesar 70 hingga 200 sentimeter. Perkembangan rekahan itu berangsur dari area ketinggian bagian timur menuju lereng ke arah barat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa data yang tercatat hingga Jumat, 31 Januari 2025, peristiwa gerakan tanah itu telah mengakibatkan kerusakan jalan kabupaten, 16 rumah warga rusak berat, 39 rumah terancam dan menyebabkan kerusakan jaringan listrik.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari
- BNPB TV
"Dari data laporan visual terlihat beberapa rumah roboh dan terbenam ke dalam tanah hingga setengah bangunan. Ada juga sejumlah rumah yang rata dengan tanah hanya menyisakan atapnya saja. Kondisi jalan kabupaten pun mengalami keretakan dan mustahil dilewati kendaraan roda empat atau lebih," ujar Abdul Muhari lewat keterangan tertulis, Sabtu 1 Februari 2025.
Dia menjelaskan, Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menyebutkan peristiwa pergeseran tanah masih terjadi mulai tanggal 21-25 Januari 2025. Hal itu ditunjukkan dengan kondisi jarak antar rumah semakin menumpuk dan bagian rumah yang terbenam.
"Perkembangan pergerakan tanah juga semakin menggerus dengan kedalaman rata-rata kurang lebih 3 meter. Kemudian panjang pergerakan yang awalnya dari 2 meter menjadi 5 meter serta dijumpai singkapan lapisan batu lempung yang diduga menjadi batuan dasar sebagai bidang gelincir," ujarnya.
BNPB dalam hal ini menduga peristiwa tanah bergeser itu lantaran curah hujan yang tinggi belakangan ini.
Hasil pantauan dan analisis Stasiun Klimatologi Kelas I Jawa Tengah pada dasarian II Januari 2025, curah hujan di Banjarnegara dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah berada di atas 300 milimeter yang berarti masuk dalam kriteria sangat tinggi.
"Selain curah hujan, faktor pemicu gerakan tanah selanjutnya adalah saluran drainase dan sungai yang dibangun belum sepenuhnya menggunakan material kedap air sehingga terjadi peresapan air," ujarnya.
Muhari menyebutkan, upaya antisipasi dan penanganan darurat telah dilakukan secara cepat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara. Mereka diungsikan sementara di dua desa, masing-masing 62 jiwa di Kalireng, Ratamba dan 7 jiwa di Desa Biting.
"BPBD juga mendukung pemenuhan kebutuhan dasar para warga yang mengungsi dibantu dari lintas instansi terkait seperti Dinsos, TNI, Polri, NGO dan relawan penanggulangan bencana. Posko kesehatan dan trauma healing juga didirikan guna memberikan pelayanan kesehatan medis dan psikologi bagi warga pengungsi dan yang terdampak lainnya," katanya.
Dia menjelaskan, pemerintah pusat melalui BNPB telah mengirimkan tim tenaga ahli bersama personel dari Kedeputian Bidang Penanganan Darurat, guna asesmen awal sebagai tindak lanjut pemberian dukungan pada fase tanggap darurat sebagai solusi jangka pendek termasuk rencana pemulihan serta rehabilitasi dan rekonstruksi.