Mendagri Heran Pertumbuhan Ekonomi NTB Minus 1,47 Persen, Begini Penjelasan Gubernur

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal
Sumber :
  • Dok NTB

Mataram, VIVA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyoroti pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) minus 1,47 Persen di tengah tren nasional yang sedang menanjak.

Luhut Sebut Transformasi Digital Kunci Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Asalkan…

Dalam paparan Mendagri dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Senin, 26 Mei 2025, Mendagri sampai heran kenapa pertumbuhan ekonomi NTB bisa minus pada triwulan I tahun 2025.

"Saya sampai sekarang enggak terpikir, belum ketemu ni pak, kenapa pertumbuhan ekonomi NTB bisa minus 1,47 (persen)? Padahal cuma dua pulau utama," kata Mendagri Tito

Karyawan Minta Imam Hambali Mundur dari Jabatan Ketua Yayasan RSI NTB

Provinsi NTB menjadi salah satu dari dua provinsi di Indonesia yang ekonominya justru terjun ke zona merah alias minus, disusul Provinsi Papua Tengah minus 25,53 persen.

Mendagri Tito meminta Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal untuk mencari tahu penyebab anjloknya ekonomi NTB pada triwulan 1 tahun 2025 ini. Tito mengenal Lalu Muhamad Iqbal sebagai sosok cerdas dan memiliki pengalaman diplomatik internasional.

Kasus Kematian Brigadir Nurhadi, Dua Polisi Dipecat karena Narkoba dan Perzinahan

"Ini barangkali menjadi PR bagi Pak Gubernur Iqbal, kenapa sampai minus sejauh itu," ujar Tito.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian

Photo :
  • Kemendagri

Ungkap Biang Keroknya

Merespons teguran Mendagri tersebut, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengaku sudah memberikan klarifikasi kepada Mendagri Tito Karnavian terkait pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I 2025 yang minus 1,47 persen.

"Sebenarnya itu bukan teguran, itu pertanyaan dari Mendagri. Saya juga sudah berkomunikasi langsung kepada beliau menjelaskan, karena pada saat rapat itu, saya tidak bisa hadir sehingga saya menjelaskan setelah rapat," ujarnya di Lombok Tengah, Rabu, 28 Mei 2025.

Ia menjelaskan, duduk persoalan yang sebenarnya adalah pada sektor pertambangan. Sedangkan pada hal yang lain, pertumbuhan ekonomi NTB malah pada posisi naik dengan angka 5,57 persen.

"Duduk persoalannya bahwa, sebenarnya kalau kita mau melihat pertumbuhan ini di luar pertambangan sebenarnya kita tumbuh 5,57 persen. Bahkan di sektor pertanian kita tumbuh lebih dari 10 persen," imbuhnya.

Dengan begitu Lalu Iqbal berujar, sebenarnya perekonomian NTB pada posisi "on the trek". Ia menyebut, yang memicu sektor pertambangan tidak stabil saat ini karena smelter milik PT PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sudah resmi sehingga izin ekspor konsentrat dihentikan.

"Kita ketahui bersama tahun lalu itu secara resmi smelter yang ada PT AMNT itu sudah berfungsi. Sejak diresmikan-nya smelter itu maka izin ekspor konsentrat PT AMNT itu dihentikan. Sementara pada saat berjalan itu kapasitasnya baru 40 persen. Jadi terjadi lah penumpukan konsentrat, sehingga tidak ada produksi, produksinya turun sampai 54 persen," ujarnya.

Bahkan, satu dua bulan terakhir ini smelter itulah sudah berhenti sama sekali karena ada masalah yang harus diinvestigasi. Dengan begitu, ia melihat adanya penurunan ini dikarenakan sektor pertambangan saja.

"Jadi ini fenomena yang muncul karena smelter baru beroperasi. Bukan hanya AMNT yang mengalami seperti itu, Freeport juga mengalami seperti itu," bebernya.

Sudah Warning

Lalu Iqbal mengakui jika dirinya sejak awal sudah diperingatkan oleh tim transisi-nya soal kemungkinan akan ada penurunan pertumbuhan ekonomi jika digabungkan dengan tambang.

"Itu sebabnya dua minggu yang lalu saya sudah bertemu langsung dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, meminta agar ada relaksasi ekspor bagi PT AMNT dalam jumlah tertentu dan waktu tertentu untuk mengatasi seperti ini," ungkapnya.

Hal itu dilakukan untuk mengatasi persoalan ini. Ia melihat, dampak dari masalah ini harus segera diatasi, jika tidak maka akan berdampak ke sektor yang lain. "Karena kalau ini tidak segera kita atasi maka tahun depan itu bagi hasilnya bisa nol," tegasnya.

Menurutnya, sejauh ini komponen lain sebenarnya sudah berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan ekonomi NTB, bahkan cenderung positif. Namun, karena adanya masalah pada sektor pertambangan ini maka terjadilah situasi ini. 

"Masalahnya tambang ini kan pengaruhnya cukup besar, apalagi kontraksi yang dialami oleh tambang ini lebih dari 30 persen atau minus 30 persen. Jadi mau nggak mau akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kita secara umum, jadi ini spesifik fenomena tambang," tegasnya.

Ia mengaku jika hal itu sudah dijelaskan secara detail kepada Tito Karnavian dan sudah dimengerti dan akan dibantu untuk mencarikan solusi terbaik. "Saya sudah menjelaskan kepada Mendagri dan beliau memahami situasi itu. Oh ini ternyata jawaban dari pertanyaan saya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya