Khutbah Wukuf

Wukuf di Arafah: Menyemai Persaudaraan Sejati di Tengah Kemajemukan Bangsa

Wukuf di Arafah
Sumber :
  • VIVA/ Syahdan

Arafah, VIVA – Di bawah terik mentari padang Arafah yang menyengat dan langit yang menggantungkan harap, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berdiri dalam kesucian yang sama. Mereka melebur dalam kesadaran bahwa di hadapan Allah, tak ada yang lebih utama, tak ada yang lebih rendah. Inilah momentum wukuf — momen puncak dalam ibadah haji yang sejatinya adalah panggilan kepada persaudaraan yang hakiki.

Bergelombang, Jemaah Indonesia Lempar Jumrah Sejak Jumat Dini Hari

KH. Ahmad Said Asrori, Anggota Amirul Hajj Indonesia sekaligus Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dalam khutbahnya di Arafah menyampaikan pesan mendalam:

Wukuf di Arafah mengajarkan kita tentang pentingnya persaudaraan; seiman, sebangsa, dan sekemanusiaan. Di tempat ini, 1400-an tahun yang lalu, Nabi Muhammad mendeklarasikan persaudaraan kemanusiaan,” katanya dalam Khutbah Arafah saat wukuf, Kamis 5 Juni 2025.

Jalani Ibadah Haji, Ivan Gunawan Tampil dengan Kepala Botak Tuai Pujian

Pernyataan itu bukan sekadar retorika. Ia menggema dalam sejarah. Di padang inilah, Nabi Muhammad SAW, dalam Khutbah Wada’ yang mahsyur, menyerukan kepada dunia: “Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, nenek moyang kalian juga satu. Kalian semua anak keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Ketahuilah bahwa tak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab, atau kulit putih atas kulit hitam, kecuali dengan takwa.” (HR. Imam Ahmad)

Persaudaraan yang Melampaui Sekat Identitas

Ivan Gunawan Tuntaskan Ibadah Haji 2025, Tampil Plontos

Puncak ibadah haji tahun 2025, Wukuf di Arafah 9 Zulhijah 1446 H

Photo :
  • (AP Photo/Amr Nabil)

Wukuf di Arafah bukan hanya menandai momen spiritual personal, melainkan juga menjadi panggilan kolektif untuk membangun dan menjaga ikatan persaudaraan. Di sini, para jamaah dari berbagai latar belakang sosial, etnis, bahkan bangsa, disatukan dalam ihram — kain putih sederhana yang menghapus status dan sekat duniawi.

Persaudaraan sejati yang diajarkan Nabi adalah persaudaraan yang tanpa syarat, tanpa basa-basi, tanpa embel-embel kepentingan. Persaudaraan yang penuh empati, bukan kompetisi. Persaudaraan dengan kasih, bukan intrik. Seperti sabda Nabi dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: “Sesama muslim itu bersaudara. Karena itu ia tak boleh menzalimi, merendahkan, dan menghinanya.” (HR. Muslim)

Nabi telah menekankan bahwa darah, harta, dan kehormatan sesama manusia harus dijaga. Jauh sebelum konsep hak asasi manusia dirumuskan oleh negara-negara modern, Islam telah menanamkan nilai-nilai penghargaan terhadap sesama: “Wahai manusia, sesungguhnya darah-darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah suci, sebagaimana sucinya hari ini, bulan ini, dan tempat ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Arafah: Cermin Keinsafan dan Kesatuan

Jabal Rahmah di Arafah saat Wukuf

Photo :
  • MCH 2022

Tak heran jika Arafah disebut sebagai tempat ma’rifah — tempat kesadaran terdalam seorang hamba terhadap dirinya dan Tuhannya. Di sinilah para Nabi mencapai puncak kedekatan spiritual mereka. “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

Nabi Adam AS mencapai titik tobatnya yang tulus di Arafah. Nabi Ibrahim AS memantapkan ketaatannya ketika diperintah menyembelih putranya, Ismail. Nabi Muhammad SAW pun mencapai titik kemakrifatan tertinggi saat menyampaikan khutbah perpisahan yang mendeklarasikan persaudaraan umat manusia.

Tak heran jika Rasulullah bersabda: “Al-hajju Arafah” — Haji adalah Arafah. (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Karena itu, Arafah juga adalah tempat terbaik untuk memohon ampunan dan berdoa. Doa yang tak hanya mencerminkan hubungan dengan Tuhan, tetapi juga pengakuan atas kesalahan kita kepada sesama: kepada pasangan, anak, orang tua, tetangga, bahkan pemimpin kepada rakyatnya. Termasuk dosa yang sering kita abaikan — dosa terhadap lingkungan dan alam semesta.

“Sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan pada hari Arafah. Doa terbaik yang aku dan para nabi panjatkan adalah: ‘Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadir.’” (HR. at-Tirmidzi)

Menumbuhkan Ukhuwah dalam Keberagaman Indonesia

Wukuf di Arafah

Photo :
  • VIVA/ Syahdan

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, majemuk, dan sarat dinamika. Lebih dari 1.300 suku, ratusan bahasa, serta beragam agama dan keyakinan hidup berdampingan dalam satu rumah besar bernama Indonesia.

Namun, kemajemukan ini tidak serta merta menjamin harmoni. Di tengah derasnya arus polarisasi politik, konflik horisontal, dan ujaran kebencian yang kerap mengoyak persaudaraan, seruan Nabi di Arafah 14 abad silam seolah menjadi lentera moral: “Ketahuilah, kalian semua adalah saudara.”

KH. Ahmad Said Asrori mengajak umat untuk menjadikan semangat Arafah sebagai energi perekat bangsa: “Mari kita jadikan seruan ukhuwah yang dideklarasikan Nabi sebagai semangat yang meneguhkan persatuan bangsa. Keragaman bangsa ini bukan beban, melainkan kekuatan untuk membangun Indonesia yang besar, maju, dan sejahtera.”

Inilah momentum bagi kita semua untuk membuktikan bahwa persaudaraan bukan sekadar slogan, tapi komitmen dan tindakan nyata. Persaudaraan adalah ketika kita saling menjaga, bukan saling menjatuhkan. Ketika kita menyembuhkan luka, bukan menambah perihnya.

Labbaik dari Arafah untuk Indonesia

Dalam gema talbiyah yang terus berkumandang — Labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik — tersimpan ikrar spiritual sekaligus sosial. Bahwa kita siap memenuhi panggilan Tuhan, dan siap untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan persatuan.

Semoga doa-doa yang terucap dari padang Arafah menjadi cahaya bagi bangsa ini. Menjadi kekuatan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan seiman), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia).

Semoga dari padang Arafah, lahir pribadi-pribadi yang luhur, pemimpin yang amanah, rakyat yang bersatu, dan bangsa yang diridhai Allah — baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya