Indonesia dan UEA Mulai Proyek Penanganan Sampah Plastik di Sungai, Surabaya Jadi Kota Pertama
- VIVA.co.id/Hari Fauzan
Jakarta, VIVA – Proyek kemitraan Pemerintah Indonesia dan UAE dalam penanganan sampah plastik sungai untuk mencegah kebocoran di perairan laut Indonesia akan segera dimulai. Kota Surabaya akan menjadi lokasi gelombang pertama pelaksanaan proyek tersebut.
Kemitraan dilakukan antara lembaga internasional UNDP di Indonesia dan Clean Rivers Ltd. yang berbasis di Abu Dhabi. Sebagai program yang dilaksanakan selama tiga tahun sejak 2025, program ini diharapkan turut berkontribusi untuk memperkuat koordinasi dan kolaborasi lintas lembaga pemerintah, lembaga masyarakat dan komunitas untuk dapat bersama-sama menangani sampah yang masuk ke badan dan aliran sungai.
Rofi Alhanif, Asisten Deputi Ekonomi Sirkular dan Dampak Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, telah melakukan audiensi bersama jajaran pemerintah Kota Surabaya serta kunjungan ke lokasi kegiatan yang telah di tunjuk di Kali Tebu.
“Dukungan program ini tentunya hanya satu dari berbagai upaya penanganan sampah yang kita kolaborasikan bersama, termasuk beberapa upaya lainnya seperti pendekatan sirkular ekonomi dan penanganan sampah yang turut dikelola oleh kelompok masyarakat,” ujar Rofi dikutip dari keterangannya, Minggu, 15 Juni 2025.
Sungai Cisadane Dipenuhi Sampah dari Bogor
- VIVAnews/Sherly
Sekretaris Daerah Kota Surabaya, Ikhsan, menyampaikan, penanggulangan sampah di aliran Kali Tebu memang dibutuhkan untuk mencegah sampah ini masuk ke perairan laut.
“Dengan perlengkapan yang saat ini juga terpasang di aliran sungai, serta peran dari masyarakat di area tersebut, tentunya (kolaborasi) penanganan sampah di lokasi ini akan lebih maksimal,” jelas Ikhsan.
Kondisi pencemaran dan penanganan sampah di badan dan aliran sungai sendiri yang ada di kota-kota besar terus mendapat perhatian besar dari masyarakat. Bentuk kewenangan terkait pengelolaan sungai di Indonesia turut menjadi tantangan tersendiri khususnya dalam penanganan sampah yang ada di bantaran dan aliran sungai di Indonesia.
Beberapa situasi ditunjukkan dalam penanganan sampah sungai yang belum maksimal serta keberadaan bangunan liar yang ikut memicu sampah masuk ke aliran sungai, maupun kebocoran sampah sungai yang masih terus terjadi setiap hari.
Deborah Backus, CEO Clean Rivers Ltd menambahkan, pelaksanaan kemitraan ini di Surabaya merupakan bentuk komitmen pihaknya dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah UAE. “Agar bersama-sama Pemerintah Kota Surabaya dapat melakukan transformasi penanganan sampah di sungai yang mengedepankan kolaborasi lintas lembaga pemerintah serta peran aktif dari masyarakat,” tambahnya.
Bagi Pemerintah Kota Surabaya saat ini, kapasitas penanganan sampah di TPA Benowo saat ini terbatas sebanyak 1,530 ton/hari. Dengan timbulan sampah yang mencapai 1,810 ton/hari, kondisi ini meninggalkan hampir 300 ton sampah per hari di Kota Surabaya yang masih membutuhkan penanganan sampah melalui peran aktif seperti bank sampah, kelompok masyarakat, penanganan sampah organik, dan sebagainya.
Dalam kegiatan ini, Clean Rivers dan UNDP dengan Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) juga mengunjungi salah satu kelompok Gerakan Sedekah Sampah (GRADASI) yang ada di Kelurahan Balas Klumprik, sebagai salah satu bentuk integrasi penanganan sampah berbasis komunitas.