Jusuf Kalla Bicara Kunci Sukses Melakukan Mediasi Perdamaian, Apa Itu?

Jusuf Kalla menjadi pembicara kunci seminar 'The Future of Peace Mediation'
Sumber :
  • ANTARA/Kuntum Riswan

Jakarta, VIVA – Salah satu kesuksesan menyelesaikan konflik perdamaian yang dilakukan oleh Jusuf Kalla, adalah konflik pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka atau GAM, yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Trump Umumkan Hamas dan Israel Sepakati Gencatan Senjata

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia Jusuf Kalla menyoroti bahwa 'rasa percaya' merupakan salah satu elemen krusial dalam keberhasilan proses mediasi untuk menyelesaikan konflik.

Pernyataan mantan wakil presiden yang akrab di sapa JK tersebut, merujuk pada keberhasilan proses mediasi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia yang mana saat itu dirinya menjadi salah satu inisiator utama dalam proses mediasi.

Gunung Lewotobi Erupsi, Masyarakat Terdampak Hujan Abu

“Kepercayaan, cepat, dan keputusan langsung. Kita bisa mewujudkan (perdamaian). Sangat penting itu adalah kepercayaan,” kata Jusuf Kalla saat menjadi pembicara kunci dalam seminar bertajuk The Future of Peace Mediation di Jakarta, Senin, seperti dikutip dari Antara.

Jusuf Kalla menyampaikan bahwa Indonesia telah menghadapi 15 konflik besar sejak merdeka pada 1945.

Warga Malaysia di Sumbar Miliki KTP Indonesia, Kok Bisa?

Konflik besar yang dimaksud JK adalah konflik yang mengakibatkan lebih dari 2.000 orang meninggal dunia. Sebanyak 10 dari 15 konflik besar tersebut terjadi akibat adanya ketimpangan, baik ketimpangan ekonomi, sosial maupun politik.

Konflik di Aceh yang menjadi konflik besar dalam sejarah Indonesia, kata JK, utamanya disebabkan oleh adanya ketimpangan ekonomi karena Aceh yang kaya akan minyak bumi dan gas alam tidak dapat menikmati hasilnya.

Mantan wakil presiden tersebut menuturkan pada saat itu, pemerintah berusaha untuk bersikap netral dalam proses mediasi perdamaian karena konflik di Aceh merupakan konflik horizontal — konflik antara masyarakat dengan pemerintah — yang bertujuan untuk memerdekakan Aceh dari Republik Indonesia.

“Dan itulah sebabnya saya bersama pemerintah benar-benar netral. Saya mengatakan saya juga akan bersikap netral sekarang. Mari kita selesaikan konflik nasional antara Aceh dan pemerintah. Sekarang kita mulai belajar, jika ingin belajar, sebaiknya mulai dulu dari sejarahnya — siapa pemimpinnya saat itu,” tutur Jusuf Kalla.

Kendati demikian, lanjut JK, terdapat ketidakpercayaan dalam proses mediasi karena saat itu ribuan warga Aceh ditangkap oleh polisi yang menyebabkan tumbuhnya rasa saling curiga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya