Dimarahi Bupati dan Live di Facebook, Pegawai ASN Ini Ungkap Kekecewaannya!
- Tangkapan layar media sosial
Sumba Barat Daya, VIVA – Seorang pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, menyatakan kekecewaannya terhadap Bupati Ratu Ngadu Bonnu Wulla. Ia merasa dipermalukan karena dimarahi di depan umum bahkan disiarkan secara langsung melalui akun Facebook sang Bupati.
Pegawai bernama Chaterine Rambu Kapu Horo atau yang akrab disapa Katy ini merasa tidak diberi ruang membela diri, padahal dirinya telah menjalankan tugas sesuai aturan.
Insiden ini terjadi pada Selasa, 1 Juli 2025, saat Bupati melakukan sidak ke kantor Dinas Pendidikan dan memarahi Katy terkait belum cairnya tunjangan sejumlah guru. Dalam video yang viral di media sosial, Bupati Ratu Wulla tampak menunjuk-nunjuk dan hampir melakukan kekerasan fisik terhadap Katy sebelum akhirnya dilerai staf lainnya. Katy menyebut bahwa kejadian itu sangat melukai martabatnya sebagai ASN.
Bupati Sumba Barat Daya Ratu Ngadu Bonnu Wulla mengamuk ke Bendahara Disdikbud
- Tangkapan layar media sosial
“Saya pribadi shock, karena saya tidak tahu sebelumnya Ibu (Bupati) akan datang. Masalah ini juga sebenarnya sudah selesai seminggu sebelumnya. Tapi saya langsung dituding dan divonis salah, tanpa diberi kesempatan menjelaskan,” ungkap Katy dalam video yang diunggah dan beredar luas dilihat VIVA, Kamis (3/7/2025).
Menurut penuturan Katy, ia bertugas sebagai operator yang mengatur pencairan tunjangan guru berdasarkan data absensi. Beberapa guru yang tidak aktif mengajar atau merangkap jabatan, seperti menjadi Plt kepala desa, memang tidak ia ajukan pencairan tunjangannya karena tak memenuhi syarat. Ia menilai tindakan Bupati yang menyiarkan kejadian tersebut secara live di Facebook tanpa izin sebagai bentuk perundungan yang memperburuk tekanan psikologis yang sudah ia rasakan.
“Live itu tanpa izin saya. Komentar-komentar dari masyarakat banyak yang tidak tahu duduk persoalan dan malah menghakimi saya. Ini sangat menyakitkan,” ujar Katy.
Katy menjelaskan bahwa seluruh prosedur pekerjaannya telah diperiksa berbagai pihak mulai dari Inspektorat Daerah, Kemendikbud, hingga BPK. Ia menegaskan bahwa tak ada penyimpangan dalam pencairan tunjangan dan merasa bahwa keputusan untuk menunda pencairan pada guru tertentu adalah bagian dari tanggung jawabnya menjalankan aturan.
Ia juga mengkritik sikap pimpinan yang tidak membuka ruang dialog. Menurutnya, loyalitas kepada atasan tidak berarti setuju tanpa berpikir, tetapi justru menyampaikan kebenaran agar pemimpin memahami aturan dan alur kerja yang berlaku.
“Loyal itu bukan berarti harus selalu ‘iya’ kepada atasan. Tapi justru menunjukkan aturan agar ketika ada yang melapor, Ibu (Bupati) tahu alurnya,” tutup Katy.
Diberitakan sebelumnya, insiden ini bermula saat Bupati Ratu Wulla menerima keluhan dari guru-guru yang belum menerima tunjangan. Saat sidak, ia menuding Katy menghambat pencairan meskipun telah dijelaskan bahwa hal itu disebabkan catatan ketidakhadiran sejumlah guru. Ketegangan memuncak hingga keduanya hampir saling dorong, yang kemudian dilerai oleh pegawai lain.
Setelah kejadian tersebut, Bupati menghubungi Inspektorat untuk memeriksa Katy. Namun, di tengah polemik yang bergulir, publik pun terbelah antara yang membela Katy dan yang mendukung langkah tegas sang Bupati. Sementara itu, Katy masih berharap ada ruang klarifikasi yang adil bagi ASN yang bekerja sesuai prosedur. (Jo Kenaru/tvOne/NTT)
