Curahan Hati Ayah Juliana Marins: Putri Saya Ditinggal Pemandu Rinjani untuk Merokok!
- IG Manoel Marins
Brasil, VIVA – Keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas setelah jatuh dari tebing saat mendaki Gunung Rinjani, menuntut pertanggungjawaban guide atau pemandu rombongan Juliana bernama Ali Musthofa dan pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Dalam wawancara eksklusif dengan program Fantastico milik TV Globo yang tayang akhir pekan lalu, ayah Juliana, Manoel Marins, mengungkap dugaan kelalaian yang menyebabkan nyawa putri mereka melayang.
Manoel menjelaskan putrinya saat itu memberitahu dia kelelahan mendaki dan meminta waktu untuk beristirahat. Ia menyalahkan perilaku pemandu wisata bernama Ali Musthofa yang justru meninggalkan Juliana sendirian di jalur pendakian hanya untuk merokok.
"Juliana memberi tahu pemandu bahwa dia lelah dan pemandu itu berkata: 'duduklah di sini, tetaplah duduk'. Dan pemandu itu memberi tahu kami bahwa dia pergi selama 5 hingga 10 menit untuk merokok. Merokok! Ketika dia kembali, dia tidak dapat melihat Juliana lagi," kata Manoel Marins, ayah Juliana.
Juliana Marins bersama teman-temannya saat mendaki Gunung Rinjani
- X
Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, sekitar pukul 04.00 pagi. Namun, sang pemandu baru kembali mengamati situasi dan mengirim video kondisi Juliana kepada atasannya pada pukul 06.08 pagi.
Manoel menyesalkan lambannya tindakan dari pemandu dan otoritas Gunung Rinjani untuk memberikan pertolongan kepada Juliana. Menurutnya, tim pertolongan pertama baru dihubungi sekitar pukul 08.30 pagi, dan baru tiba di lokasi sekitar pukul 14.00 siang.
"Satu-satunya perlengkapan yang mereka miliki adalah tali. Mereka melemparkannya ke arah Juliana. Kemudian, karena putus asa, pemandu mengikatkan tali di pinggangnya dan mencoba turun tanpa berlabuh," ujar Manoel Marins
Tim dari Badan SAR Nasional (Indonesia) baru dikerahkan setelahnya dan, menurut pihak keluarga, baru tiba di lokasi sekitar pukul 19.00 malam. Jenazah Juliana baru berhasil ditemukan dua hari setelah kejadian, pada Rabu pagi. Diperkirakan, ia telah meninggal 12 hingga 24 jam sebelum akhirnya berhasil dievakuasi.
Pemandu dan TNGR ‘Pelakunya’
Dalam pernyataannya, Manoel menegaskan bahwa pihak yang paling bertanggung jawab adalah pemandu Ali Musthofa yang meninggalkan Juliana selama 40-50 menit dalam kondisi lelah dan tidak stabil.Â
"Menurut saya, pelakunya adalah Pemandu yang meninggalkan Juliana sendirian untuk merokok selama 40 atau 50 menit dan tidak memperhatikannya. Perusahaan yang menjual tur, karena tur ini dijual di kios-kios sebagai jalur yang mudah dilalui," ujar Manoel
"Namun, pelaku pertama, yang saya anggap sebagai pelaku terbesar, adalah koordinator Taman Nasional. Ia butuh waktu lama untuk menghubungi Basarnas," sambungnya
Tim SAR gabungan berhasil mendeteksi jasad pendaki yang jatuh di Gunung Rinjani menggunakan drone thermal (SAR Mataram)
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
Ibunda Juliana, Estela Marins, juga tak kuasa menahan emosinya. Ia menyebut tragedi ini sebagai pengalaman paling menyakitkan dalam hidupnya. Pihak keluarga berencana mencari keadilan.Â
"Ini menyakitkan sekali. Orang-orang ini telah membunuh anak saya," ucapnya dalam wawancara yang sama.
Terpisah, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman Wasur, membantah tudingan bahwa proses evakuasi berjalan lambat. Ia menyebut sekitar 50 personel penyelamat telah dikerahkan sejak Selasa pagi.Â
Namun, ia juga mengakui bahwa medan ekstrem dan cuaca buruk sangat menyulitkan proses penyelamatan.Â
"Berbagai upaya sudah kami lakukan semaksimal mungkin (untuk menyelamatkan Juliana)," ujarnya saat ditemui di Kantor Gubernur NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis.
Yarman menuturkan kendala utama yang dihadapi tim penyelamat saat itu adalah keadaan alam dan topografi tebing yang terjal. Meski kondisi lingkungan tidak bersahabat, namun tim SAR sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Juliana.
Sebelumnya diberitakan, pendaki asal Brasil bernama Juliana Marins terjatuh ke lereng Gunung Rinjani dari yang awalnya hanya 200 meter, korban lantas semakin terperosok hingga kedalaman 600 meter.
Setelah lima hari berselang pada 25 Juni 2025 pukul 13:51 WITA, tim SAR gabungan baru bisa mengangkat jenazah korban dari dasar jurang menggunakan peralatan manual dengan tali yang ditarik pakai teknik lifting.
Faktor cuaca dan kondisi jurang menjadi hambatan utama tim pencarian dan penyelamatan untuk mengevakuasi Juliana dari dalam jurang Puncak Cemara Nunggal di Gunung Rinjani.
Â