Kakorlantas Minta Jajaran Polantas Pedomani 'Senyum Polisi adalah Marka Utama Lalu Lintas'

Kakorlantas Polri Irjen Agus Suryonugroho
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Senyum seorang polisi bukan sekadar simbol keramahan, tetapi menjadi marka utama dalam menciptakan rasa aman, tertib, dan humanis di jalan raya.

Aksi Polisi Cilik Pukau Prabowo di Peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Kakorlantas: Bibit Generasi Emas Indonesia

Senyum yang tulus dari petugas lalu lintas adalah penanda kuat bahwa Polri hadir sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, serta pengingat bahwa keselamatan berlalu lintas dimulai dari etika dan kepedulian terhadap sesama pengguna jalan.

Gagasan ini lahir dari diskusi seru antara Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho dengan filsuf Rocky Gerung, yang berlangsung di Korlantas Polri, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, pada Jumat, 4 Juli 2025.

Alasan Polda NTB Tak Tahan 2 Polisi Tersangka Kematian Brigadir Nurhadi

Ilustrasi Polisi lalu lintas (polantas)

Photo :
  • Istimewa

Dalam diskusi tersebut, disepakati bahwa kehadiran polisi di jalan tidak hanya dilihat dari perannya sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai simbol moral publik, dimana senyum menjadi cermin kemanusiaan dan peradaban lalu lintas.

Prestige Aviation Dukung Langkah Polri Terhadap Penggunaan EHang 216-S Sebagai Armada Drone

Irjen Agus menegaskan bahwa seluruh jajaran Polisi Lalu Lintas perlu memedomani tagline 'Senyum Polisi adalah Marka Utama Lalu Lintas' sebagai bagian dari reformasi pelayanan publik yang humanis.

"Senyum bukan hanya soal keramahan, tetapi bentuk nyata kepedulian, bahwa polisi hadir untuk melindungi dan mengayomi, bukan sekadar menegakkan aturan," kata Agus.

Agus juga menekankan bahwa nilai-nilai Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan) harus tampak dari sikap, perilaku, dan cara berinteraksi polisi dengan masyarakat, terutama di jalan raya. Pendekatan yang ramah, santun, dan bersahabat akan membangun kepercayaan dan menciptakan budaya berlalu lintas yang lebih etis dan tertib.

Melalui tagline ini, Korlantas Polri berharap terbangun kesadaran kolektif bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama, dan senyum polisi menjadi sinyal awal bahwa jalan raya adalah ruang hidup yang harus dijaga dengan kesadaran, etika, dan rasa saling menghormati. Polantas adalah pelindung dan sahabat di jalan raya.

Dalam diskusi dengan Kakorlantas tersebut, Rocky mengangkat lima gagasan kunci. Pertama, diskresi polisi yaitu menyeimbangkan aturan dan nurani. Kedua, jalan raya yaitu tempat nilai dan kepentingan bertemu. 

Ketiga, budaya amuck, komunal tapi kacau. Rocky menyebut bahwa karakter lalu lintas Indonesia masih dipengaruhi pola budaya 'amuck', sebuah istilah Melayu yang menggambarkan ledakan emosi massal yang spontan dan tak rasional. Mentalitas ini menciptakan situasi yang kacau, tak teratur, sulit dikendalikan. 

Keempat, manusia dan mobil, diperbudak waktu. Manusia menciptakan kendaraan untuk bergerak cepat, tapi akhirnya dikendalikan oleh waktu. Kelima, mobil sebagai simbol hasrat. Rocky menyoroti fenomena fetisisme kendaraan, ketertarikan seksual pada kendaraan. Mobil bukan sekadar alat, tapi simbol status dan ego.

“Mobil menyatu dengan diri pemiliknya. Di jalan, ia bukan sekadar benda, tapi subjek yang bersaing," katanya.

Rocky menegaskan bahwa wajah peradaban bangsa bisa dilihat dari lalu lintasnya. Jika ingin tahu siapa diri kita sebenarnya, lihatlah cara kita mengemudi dan berbagi jalan.

"Di sana ego, empati, dan etika saling bertabrakan. Penataan lalu lintas tak cukup dengan rambu dan sanksi. Ia butuh pemahaman mendalam tentang manusia, budaya, dan cara hidup kita sebagai masyarakat," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya