Wamenhut Pantau Penanganan Karhutla di Riau, Kondisi Iklim-Cuaca Jadi Perhatian Serius
- ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut), Sulaiman Umar menegaskan pemerintah terus berkomitmen dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau.
Sulaiman menyebut, patroli pencegahan terus diintensifkan melalui patroli terpadu yang melibatkan unsur Manggala Agni, TNI, Polri, serta Masyarakat Peduli Api (MPA).
Saat ini patroli dilaksanakan di 9 posko desa yang tersebar di Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai, Indragiri Hilir, Kampar, Kepulauan Meranti, Pelalawan, dan Siak. Selain itu, patroli mandiri juga dilakukan di 19 posko desa lainnya.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Karhutla Kementerian Kehutanan (SiPongi) hingga 20 Juli 2025, Riau mencatat 4.449 hotspot dengan konsentrasi tertinggi di Rokan Hilir (1.767 titik), Rokan Hulu (1.114 titik), dan Dumai (333 titik). Hotspot tertinggi terjadi pada bulan Juli dengan 3.031 titik.
Luas kebakaran hutan dan lahan periode Januari–Mei 2025 tercatat mencapai 751,08 hektare, dengan 96,23% terjadi di lahan gambut. Dari total luas tersebut, 2,19% berada di tutupan hutan dan 97,81% di tutupan non-hutan. Sementara berdasarkan fungsi kawasan, 14,22% terjadi di kawasan hutan dan 85,78% di areal penggunaan lain (APL).
Sulaiman mengatakan kondisi iklim dan cuaca di Provinsi Riau menjadi perhatian utama dalam menangani Karhutla tersebut. Kesiapsiagaan kata dia sangat penting untuk mencegah karhutla semakin meluas.
“Kondisi iklim dan cuaca di Provinsi Riau saat ini meminta perhatian kita bersama,” ujar Sulaiman dalam keterangannya, Selasa, 22 Juli 2025.
Sebagai bagian dari mitigasi, pemerintah melalui BNPB, BMKG, dan mitra swasta telah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sebanyak 14 sortie dengan penyemaian 12.600 kg NaCl ke awan guna mengurangi risiko kekeringan pada lahan gambut.
OMC ini tidak hanya dilakukan di Riau, tapi juga di Sumatera Selatan, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim.
Sementara itu, Dirjen Penegakan Hukum Kehutanan, Dwi Januanto Nugroho, menjelaskan kondisi sebaran asap akibat karhutla saat ini terpantau membaik.
“Dari pantauan Satelit Himawari hasil analisis BMKG, memang sempat terdeteksi asap lintas batas pada 19 Juli 2025, terutama di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Namun, per 20 Juli 2025 asap lintas batas tersebut sudah tidak terdeteksi,” jelas Dwi Januanto.
Dwi menambahkan, faktor geografis dan arah angin dari tenggara atau barat daya ke barat laut/timur laut membuat wilayah Riau rentan terhadap potensi asap lintas batas, terutama saat musim kemarau.
Pemerintah menegaskan komitmen untuk terus memaksimalkan seluruh sumber daya dalam menanggulangi karhutla demi menjaga lingkungan, kesehatan masyarakat, dan mencegah dampak lebih luas baik nasional maupun lintas batas.