Bareskrim Bongkar Skandal Beras Premium, 212 Merek Ini Diduga Curang
- Foe Peace/VIVA
Jakarta, VIVA – Skandal besar di balik bisnis beras premium akhirnya mencuat ke permukaan. Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri mengungkap praktik curang yang melibatkan ratusan merek beras ternama, bahkan beberapa diantaranya diproduksi oleh perusahaan besar yang sudah akrab di telinga masyarakat.
Direktur Tipideksus Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Polisi Helfi Assegaf, mengatakan bahwa dari hasil pengujian 268 sampel beras dari 212 merek, mayoritas tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan dalam regulasi.
“Mendapatkan sampel beras 268 pada 212 merk beras, dengan hasil, yang pertama terhadap beras premium," kata Helfi dalam konferensi pers di Bareskrim, Jakarta Selatan, Kamis, 24 Juli 2025.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf
- ANTARA/Nadia Putri Rahmani
Tak hanya beras premium, produk beras medium juga ditemukan sarat kecurangan. Kata dia, mutu di bawah standar regulasi sebesar 85,56 persen, ketidaksesuaian HET sebesar 59,78 persen, ketidaksesuaian berat beras kemasan atau beras rill di bawah standar sebesar 21,66 persen.
"Untuk beras medium, ketidaksesuaian mutu mencapai 88,24 persen. Ketidaksesuaian HET sebesar 95,12 persen, dan berat kemasan tak sesuai sebesar 90,63 persen,” ujarnya.
Yang lebih mengejutkan, berdasar hasil temuan menyebut dugaan keterlibatan sejumlah produsen besar. Nama-nama seperti Wilmar Group, Food Station Tjipinang Jaya, Belitang Panen Raya (BPR), dan Japfa Group muncul dalam laporan sebagai pihak yang memasarkan produk beras dengan mutu di bawah standar.
Wilmar Group diduga melakukan praktik curang pada merek Sania, Sovia, Fortune, dan Siip, semuanya merek yang beredar luas di pasar nasional. Dari 10 sampel beras yang diuji di Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Jabodetabek, dan Yogyakarta, ditemukan berbagai ketidaksesuaian.
Food Station Tjipinang Jaya juga tak luput dari sorotan. Beras bermerek Alfamidi Setra Pulen, Setra Ramos, Beras Pulen Wangi, hingga Ramos Premium diduga tidak sesuai standar, berdasarkan hasil uji terhadap 9 sampel dari Sulsel, Kalsel, Jabar, dan Aceh.
Produsen lain seperti Belitang Panen Raya, dengan merek Raja Platinum dan Raja Ultima, serta Sentosa Utama Lestari (anak usaha Japfa Group) dengan merek Ayana, turut disebut dalam laporan hasil investigasi.