Kemenag Luncurkan Kurikulum Berbasis Cinta, Ini Maknanya

Menteri Agama, Nasaruddin Umar
Sumber :
  • Dok. Istimewa

Makassar, VIVA – Kementerian Agama (Kemenag) RI, meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual. Peluncuran yang digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Kamis, 24 Juli 2025 malam.

Mulai 4 Agustus, Program Cek Kesehatan Gratis Jangkau Siswa Madrasah, SD hingga SMA

Peluncuran itu tak hanya sekadar seremoni, melainkan penanda dimulainya transformasi mendalam dalam ekosistem pendidikan nasional.

Menteri Agama, Nasaruddin Umar menjelaskan KBC hadir sebagai respons konkret atas berbagai krisis kemanusiaan, intoleransi, dan degradasi ekologi yang kian mengkhawatirkan. 

Bukan di TMP Kalibata, Jenazah Suryadharma Ali Dimakamkan di Ponpes Cikarang

Menteri Agama RI Nasaruddin Umar sesuai menghadiri peringatan Hari Antikorupsi Sedunia di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin, 2 Desember 2024.

Photo :
  • ANTARA/Asep Firmansyah

Nasaruddin juga menyebut kurikulum KBC lahir dari kegelisahan atas dominasi pendidikan yang hanya berorientasi pada aspek kognitif semata. Menurutnya, cinta adalah bahasa universal yang bisa menjembatani perbedaan dan menyatukan umat manusia dalam harmoni.

Menag Kenang Suryadharma Ali: Figur Kuat Dalam Bidang Keagamaan

“Jangan sampai kita mengajarkan agama, tapi tanpa sadar menanamkan benih kebencian kepada yang berbeda. Kurikulum ini adalah upaya menghadirkan titik-titik kesadaran universal dan membangun peradaban dengan cinta sebagai fondasi,” ujar Nasaruddin Umar dalam keterangannya, Jumat, 25 Juli 2025.

Ia menambahkan bahwa spiritualitas harus kembali menjadi roh pendidikan, termasuk dalam konteks ekoteologi, yaitu kesadaran bahwa manusia bukan penguasa atas alam, melainkan bagian dari sistem kehidupan yang harus dijaga bersama. 

“Ekoteologi ini harus melahirkan logos yang berbuah menjadi habit. Jika itu terwujud, kita akan membentuk generasi yang kuat dalam moral, lembut dalam sikap, dan kokoh dalam kebersamaan,” tambahnya.

Sementara, Dirjen Pendidikan Islam,  Amien Suyitno menjelaskan Kurikulum Berbasis Cinta dibangun atas lima nilai utama yang disebut Panca Cinta, di antaranya yaitu, Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa; Cinta kepada Diri dan Sesama; Cinta kepada Ilmu Pengetahuan; Cinta kepada Lingkungan dan Cinta kepada Bangsa dan Negeri.

Kelima nilai ini menjadi kerangka dasar dalam membentuk perilaku dan visi hidup peserta didik, yang diintegrasikan tidak hanya dalam pelajaran agama, tetapi lintas mata pelajaran dan jenjang pendidikan.

“Kita ingin madrasah dan sekolah menjadi ruang suci yang tidak hanya mencerdaskan akal, tetapi juga menghangatkan jiwa,” katanya.

Pemerataan akses pendidikan di pelosok

Photo :
  • istimewa

Suyitno menyampaikan bahwa KBC dikembangkan secara kolaboratif oleh Direktorat KSKK Madrasah sejak akhir 2024, melalui uji coba di 12 madrasah di berbagai provinsi dan lima kali uji publik yang melibatkan pakar nasional seperti Prof. Yudi Latif, Nyai Alissa Wahid, Haidar Bagir, dan Prof. Fasli Jalal.

“Kita butuh kurikulum yang menyentuh akar—bukan hanya akal. Kurikulum yang membentuk empati, bukan sekadar mengisi memori,” tegas Dirjen.

Ia juga menyoroti tantangan nyata seperti meningkatnya perundungan di sekolah, intoleransi sosial, dan kerusakan lingkungan, termasuk hilangnya jutaan hektare lahan produktif di Indonesia setiap tahun. Dalam konteks itu, KBC hadir untuk membentuk kesadaran ekologis dan solidaritas sosial sejak dini.

KBC akan diimplementasikan secara bertahap melalui pelatihan daring lewat MOOC pintar, pelatihan calon pelatih, dan penguatan pemantauan melalui program Magis, yang dikembangkan bersama mitra strategis seperti Inovasi. 

Sinergi antar unit di lingkungan Ditjen Pendis seperti GTK, PAI, dan Pusbangkom juga akan memperkuat eksekusi kurikulum ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya