Denny JA Sepakat dengan Prabowo soal Komisaris BUMN Ditugaskan Tak Cari Tantiem dan Insentif

Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), Denny JA
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi, Denny JA menyatakan dukungan penuh terkait arahan Presiden Prabowo Subianto agar komisaris memajukan BUMN yang ditugaskan, tidak memburu tantiem, insentif dan penghasilan lainnya.

Rosan Ungkap Kebijakan Tantiem Baru Bikin BUMN Hemat Rp 8 Triliun per Tahun

Tantiem adalah bonus tahunan yang diberikan kepada direksi dan komisaris sebuah perusahaan, sebagai bentuk penghargaan atas kinerja keuangan atau pencapaian target tertentu. 

Besarannya bervariasi dan biasanya ditentukan oleh pemegang saham melalui RUPS.

Prabowo Ingin Komisaris Benahi BUMN, Bukan Cari Tantiem dan Insentif

Dalam pandangannya, Denny JA mengatakan, pesan Presiden lebih dari sekadar kebijakan, tapi undangan moral dan spiritual untuk mengembalikan jabatan publik pada kodratnya sebagai sarana pengabdian, bukan ladang insentif.

Komisaris Utama PHE Denny JA dan Dirut Pertamina Simon Aloyius

Photo :
  • Istimewa
Eks Ketua Tim Kampanye Prabowo-Gibran Wilayah Jaksel Jadi Komisaris Jakpro

“Saya menerima pesan Presiden sebagai panggilan hati. Sebuah kesempatan untuk menjadikan jabatan bukan sekadar posisi strategis, tapi jalan kontribusi yang bermakna,” ujar Denny JA.

Denny JA memulai refleksinya dari satu prinsip yang ia pegang sejak muda yaitu The Power of Giving

Prinsip ini tak lahir dari teori, melainkan tumbuh dari pengalaman spiritual dan perjalanan hidup panjang sejak menjadi aktivis mahasiswa.

Ia awalnya berlatar belakang ekonomi sederhana, hingga kini memiliki 22 perusahaan lintas sektor, dari hotel, restoran, konsultan politik, properti, aplikasi AI dan tambang.

Sebagai bentuk nyata dari prinsip tersebut, Denny mendirikan Denny JA Foundation. 

Melalui yayasan ini, ia mewakafkan dana abadi untuk sastra dan spiritualitas, yang sudah luas diberitakan sebelumnya.

Denny JA Foundation memberi award dan penghargaan tahunan kepada penulis dalam 4 kategori. Yayasan ini juga membiayai festival tahunan puisi esai, hingga pengajaran pandangan spiritualitas di 9 kampus.

Dengan portofolio ini, Denny menunjukkan bahwa ia menerima amanah jabatan komisaris justru karena ia sudah selesai soal ekonomi. Dan mindsetnya justru tumbuh untuk power of giving.

Sejak diangkat sebagai Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi pada Juli 2025, ia memilih untuk bekerja bukan hanya melalui rapat, tetapi juga bergerak lewat pemikiran, tulisan, dan semangat perubahan.

Ia telah menulis lebih dari 20 esai soal energi, mulai dari strategi peningkatan lifting minyak, ketahanan energi nasional, hingga geopolitik OPEC. 

Kini tulisan-tulisan tersebut tengah disusun menjadi buku berjudul Make Pertamina Great Again: Minyak, Politik dan Bisnis di Era AI.

Ia juga telah menyampaikan beberapa pidato pengarahan, bukan demi formalitas, melainkan untuk menanamkan mindset baru. Indonesia hanya bisa bangkit jika ia juga mandiri di dunia energi.

Dalam polemik tentang tantiem komisaris, Denny JA juga mengklarifikasi pandangannya yang sempat ditafsirkan berbeda oleh publik. 

Menurutnya, dalam perspektif ilmu tata kelola korporasi global, pemberian tantiem kepada komisaris di sistem two-tier board (seperti di Indonesia) adalah praktik yang sah dan lazim.

“Di banyak negara Eropa, dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsi pengawasan strategis diberi tantiem. Di dalam sistem two-tier, komisaris bukan sekadar simbol, tapi aktor nyata dalam pengambilan keputusan,” ujar Denny.

Namun ketika Presiden Prabowo memutuskan untuk menghapus tantiem sebagai bentuk transformasi moral BUMN, Denny langsung menyatakan komitmennya.

“Saya ikut memenangkan Presiden dan menyetujui banyak gagasan besarnya. Maka ketika Presiden berbicara soal tugas komisaris BUMN, saya ikut berdiri di barisan yang sama. Ini bukan soal uang, tapi soal arah," katanya.

Denny JA menyetujui reformasi BUMN seharusnya tidak berhenti pada struktur atau kebijakan, tetapi menyentuh jiwa dan etos kolektif lembaga negara. Spirit lembaga negara adalah pengabdian.

“Sesungguhnya, kontribusi terbaik tidak diukur dari angka yang masuk ke rekening pribadi, tapi dari nilai yang tertanam dalam sejarah negeri. Nilai itu hanya bisa lahir dari kekuatan paling sunyi, namun paling dahsyat Power of Giving," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya