Sosiolog: Ketimpangan Sosial Jadi Pemicu Aksi Anarkis dan Penjarahan
- ANTARA/Fianda SJofjan Rassat
Jakarta, VIVA – Aksi anarkis hingga penjarahan rumah-rumah pejabat saat kegiatan unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir dinilai merupakan akumulasi dari kegelisahan masyarakat terhadap fenomena ketimpangan sosial yang semakin dalam.
Sosiolog Universitas Mataram (Unram) Saipul Hamdi mengatakan jurang pemisah antara pmasyarakat yang tidak punya pekerjaan atau punya pekerjaan tapi bergaji kecil, dengan legislator dan beberapa instansi pemerintah yang punya gaji besar di semakin tampak jelas di Indonesia.
Beberapa tokoh politik, artis, pengusaha, maupun pejabat publik menampilkan gaya hidup hedon, flexing lewat akun-akun media sosial pribadi mereka. Ditambah lagi ungkapan-ungkapan sarkas merespons kritik rakyat atas tunjangan dan gaji pejabat yang besar.
Aksi unjuk rasa driver ojek online atau ojol
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat di level akar rumput yang banyak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), penjualan produk UMKM lesu, dan tidak ada kenaikan gaji.
"Akar masalah kalau analisa saya akibat persoalan ketimpangan sosial yang sangat jauh," kata Saipul Hamdi dikutip Senin, 1 September 2025. "Masyarakat mulai gerah dengan itu. Ada gap kesejahteraan antara masyarakat dengan pejabat,"
Tokoh Publik Jaga Mulut
Saipul mengingatkan para tokoh publik di Indonesia untuk selalu menjaga sikap dan kalimat yang keluar dari mulut agar tidak menyakiti hati masyarakat. Hal in guna menciptakan suasana komunikasi yang kondusif. "Etika mengeluarkan pernyataan ke publik perlu dijaga," ujarnya
Saipul mengatakan aksi masyarakat menyatroni rumah anggota DPR RI Ahmad Sahroni dan beberapa tokoh publik lainnya menjadi pembelajaran berharga tentang pentingnya menjaga lisan.
Dalam situasi sosial yang rapuh di mana ketimpangan distribusi pendapatan kian tinggi membuat masyarakat cenderung sensitif terhadap berbagai dinamika perubahan yang terjadi.
Menurutnya, sebuah pernyataan yang kurang tepat dari tokoh publik saat kondisi sosial-ekonomi tidak stabil dapat menimbulkan persepsi beragam di tengah masyarakat.
"Ini menjadi pembelajaran bahwa mengeluarkan pernyataan tidak boleh terlalu vulgar di media, karena kita tidak tahu masyarakat kadang perasaannya sakit," kata Saipul
Diketahui, aksi anarkis hingga penjarahan menyasarsejumlah rumah anggota legislator hingga menteri menjadi sasaran penjarahan oleh massa, seperti rumah Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, Nafa Urbach, hingga rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Massa menjarah berbagai harta benda hingga makanan dari kediaman para tokoh publik tersebut.
Terkait hal itu, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI untuk menindak tegas pelaku perusakan fasilitas umum dan penjarahan. Presiden mengapresiasi aspirasi yang disampaikan dengan damai sesuai aturan, tapi akan menindak tegas aksi anarkis yang mengganggu ketertiban masyarakat.
