Denny JA: Saatnya Jalankan Politik Move On Usai Putusan MK
- Istimewa
'Memang dalam pilpres kali ini mereka dikalahkan. Tapi suara kritis mereka tidak sia-sia. Itu bagian dari civic education. Sikap kritis mereka penting untuk terus mematangkan demokrasi yang sedang tumbuh," ucapnya.
Di masa kini, lanjut Denny, demokrasi di Indonesia masih setengah matang. Bagaimanapun, demokrasi itu sebuah journey yang terus-menerus memerlukan palu dan godam agar berbentuk baik.
"Bagaimana caranya?Aneka suara kritis itu, yang memang substansial, penting untuk kita dengar sebagai revisi undang-undang berikutnya," ujarnya.
Denny pun mencontohkan misalnya sekarang ini perkara bansos (bantuan sosial). Sering terdengar kritik teman-teman civil society mengenai bansos di balik kemenangan Pilpres.
Maka saatnya kritik itu ditransformasikan menjadi input bagi undang-undang yang baru. Katakanlah undang-undang mengenai presiden.
"Perlu diatur di sana. Misalnya. sebulan sebelum hari pencoblosan, bansos dilarang diberikan yang berupa sembako, atau yang berupa bantuan tunai langsung. Tapi subsidi BBM dan subsidi listrik boleh jalan terus," katanya.
Nantinya, selesai pemungutan suara, bansos itu boleh dibagikan lagi sesuai prosedur. Dengan cara ini, Denny mengatakan, kritik itu fungsional mengubah aturan main politik melalui undang-undang.
"Politik jalanan, atau politik di talk show diangkat menjadi politik legaslasi," ujarnya.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA
- Istimewa
Lebih lanjut, Denny menyatakan alasan ketiga harus move on karena harus menundukkan diri kepada politik yang jauh lebih besar, yakni Visi Indonesia Emas 2045.
Indonesia diprediksi oleh berbagai lembaga yang kredibel bahwa di tahun 2045, 20 tahun dari sekarang, akan menjadi negara terbesar nomor empat di dunia secara ekonomi.
Namun tak hanya Indonesia, tapi juga Asia. Tahun 2045 itu pun akan terjadi pergeseran gravitasi ekonomi dunia, berpindah dari dunia barat ke Asia.
"Saat itu, kekuatan ekonomi dunia nomor satu adalah Cina. Nomor dua India. ketiga Amerika Serikat. Dan keempat Indonesia. Tiga dari empat negara terbesar secara ekonomi itu ada di Asia," katanya.
Perubahan pusat ekonomi dunia dalam sejarah hanya terjadi sekali per ratusan tahun. Untuk itu, Denny mengatakan, saatnya menyinergikan kekuatan menyambut hal itu. Kepentingan dan visi besar ini selayaknya mengalahkan berbagai perselisihan kita yang jauh lebih kecil.