Indef Sebut Tesla Galau Investasi di Indonesia karena 2 Hal Ini

Ilustrasi arah investasi
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Kabar bahwa perusahaan kendaraan listrik Tesla memilih India jadi tempat membangun pabrik baterai dibanding di Indonesia dinilai jadi sentilan bagi Pemerintah. Artinya, masih ada yang harus dibenahi dari ekosistem investasi nasional agar bisa menarik bagi investor global. 

Direktur Eksekutif Indef Ahmad Tauhid berpendapat, keputusan Tesla itu lebih didasari karena biaya  itu biaya investasi di India masih jauh lebih murah dibandingkan Indonesia. 

“Ada dua hal (terkait biaya investasi) mengapa Tesla akhirnya lebih memilih India, pertama adalah soal pajak, di Indonesia meskipun ada keringanan pajak kendaraan listrik, namun buat Tesla iklim pajak di India jauh lebih baik dibandingkan Indonesia,” ungkap Ahmad dari keterangannya dikutip, Rabu 24 Februari 2021).

Adapun alasan kedua menurutnya, adalah soal tenaga kerja. Industri kendaraan listrik di India telah jauh lebih berkembang dibandingkan di Indonesia.

Baca juga: Investor Milenial hingga Gen Z Makin Dominasi Pasar Keuangan RI

Bukan soal upah, tapi tenaga kerja di India memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan di Indonesia yang baru memulai pengembangan industri kendaraan listrik. Akumulasi hal-hal tersebut yang kata Ahmad jadi alasan Tesla galau ekspansi pabriknya Indonesia. 

“Kalau soal SDM (sumber daya manusia) memang cukup butuh waktu panjang untuk pengembangannya, makanya pemerintah mesti menciptakan iklim yang mendukung investasi, pajak yang lebih murah misalnya," tambahnya

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan hal yang senada. Kata dia, tak hanya Tesla yang galau investasi di Indonesia, tapi masih banyak rencana investasi asing lainnya. 

AHY Ungkap Investasi Giant Sea Wall Terbuka Lebar, Tak Hanya untuk China

Karena itu dia mengatakan, Pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian insentif berdasarkan kebutuhan industri yang akan dibidik oleh investor. Tentu, ini membutuhkan usaha yang lebih besar untuk menghitung kebutuhan insentif tiap sektor dan berapa lama imbal hasil masing-masing sektor.

"Ini saja dilakukan dalam rangka menarik investasi untuk mendorong masing-masing industri," tambahnya.

Pemasok LFP Level Global Investasi Rp 1,5 Triliun di KEK Industropolis Batang

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani juga sempat menjabarkan bahwa iklim usaha dan investasi merupakan poin terpenting guna menarik investor masuk ke Indonesia. Guna mewujudkannya, salah satunya dengan pemberian insentif maupun stimulus secara berkelanjutan.

Seperti diketahui, keputusan investasi kerap didominasi oleh adanya kepastian hukum dan insentif yang ditawarkan suatu negara, di samping mempertimbangkan peluang pasar. Kasus Tesla harus menjadi momentum bagi Pemerintah untuk segera melakukan pembenahan. 

Tesla Hadapi Persaingan Ketat, Pangsa Pasar EV Turun Drastis

Melalui regulasi yang tepat dan insentif yang sesuai dengan kebutuhan investasi nya, maka risiko bagi investor dapat ditekan dan Pemerintah memiliki peluang lebih besar menempatkan Indonesia sebagai destinasi utama investasi. 

Karena pada akhirnya pemerintah juga yang akan mendapatkan keuntungan jangka panjang dari berkembangnya industri tersebut di Indonesia.

Presiden RI Prabowo Subianto mengunjungi Paviliun Indonesia di Osaka 2025 Expo

RI Kantongi Komitmen Investasi US$23,8 Miliar di Paviliun Indonesia Expo 2025 Osaka

Pemerintah Indonesia mencatat komitmen investasi senilai US$23,8 miliar dengan target realisasi mulai 2026 melalui keikutsertaan Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka.

img_title
VIVA.co.id
20 September 2025