Bitcoin Terjun Bebas! Anjlok 25 Persen, Apa Penyebabnya?
- Pioneering Minds
Jakarta, VIVA – Pasar kripto kembali mengalami guncangan hebat setelah harga Bitcoin anjlok di bawah USD80.000 atau setara Rp1,28 miliar. Kejatuhan ini terjadi di tengah aksi jual besar-besaran yang telah menghapus nilai pasar kripto hingga USD1 triliun atau sekitar Rp16 ribu triliun.
Kondisi ini membuat banyak investor cemas dan memicu kekhawatiran bahwa penurunan harga Bitcoin bisa semakin dalam.
Bitcoin, yang sebelumnya mencapai rekor tertinggi hampir USD110.000 atau sekitar Rp1,76 miliar, kini turun sekitar 25%. Melansir dari Forbes, Jumat, 28 Februari 2025, para analis memperingatkan bahwa tekanan terhadap harga Bitcoin belum berakhir dan berpotensi berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.
Beberapa ahli bahkan menyebut situasi ini sebagai “penekanan harga Bitcoin” yang bisa memperparah koreksi pasar kripto. Mereka memberikan prediksi tentang seberapa dalam koreksi harga Bitcoin.
Bitcoin.
- Dok. Istimewa
Ruslan Lienkha, Chief of Markets di platform kripto YouHodler, mengatakan bahwa target harga Bitcoin berikutnya ada di kisaran USD70.000 atau sekitar Rp1,12 miliar, yang dianggap sebagai zona support kuat.
"Namun, kita baru akan melihat level ini jika sentimen negatif mendominasi pasar ekuitas. Indeks saham AS telah mengalami penurunan selama beberapa hari berturut-turut, tetapi masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa tren kenaikan secara umum telah berakhir. Ini bisa jadi hanya koreksi pasar," ujarnya.
Sementara itu, Markus Thielen, pendiri 10x Research, mengatakan bahwa pola pergerakan Bitcoin mengikuti pola wedge yang melebar ke atas, yang menunjukkan target harga di kisaran USD70.000. "Bitcoin mengikuti pola ascending broadening wedge yang secara teknis memproyeksikan target harga di kisaran USD70.000," jelas dia.
Selain faktor teknikal, analis juga menunjuk pada meningkatnya ketegangan perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump sebagai salah satu penyebab aksi jual besar-besaran di pasar kripto. Ketegangan ini bertepatan dengan penurunan pasar saham AS dari level tertingginya.
Agne Linge, Head of Growth di bank on-chain terdesentralisasi WeFi, menyoroti bahwa ketakutan di pasar kripto saat ini sangat tinggi. "Indeks Crypto Fear & Greed menunjukkan angka 21, yang merupakan level terendah sejak September," ungkapnya.
"Tarif baru terhadap Kanada dan Meksiko yang akan berlaku pada 5 Maret, pasar saham utama bereaksi terhadap potensi dampak ekonomi, membuat banyak investor mungkin akan terus menarik modal dari aset berisiko yang tidak memiliki perlindungan terhadap perang dagang ini," tambahnya.
"Berdasarkan ketidakpastian ekonomi di berbagai kawasan, investor membutuhkan stabilitas, dan sebagai aset yang secara alami volatil, Bitcoin tidak menawarkan itu dalam jangka pendek," pungkas Linge.
Saat berita ini ditulis, pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 13.15 WIB, harga Bitcoin berada di USD80.272 atau setara Rp1,28 miliar.