Ketua OJK Pastikan Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga Meski Ekonomi Dunia Sedang Tak Pasti

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar memastikan stabilitas sektor jasa keuangan saat ini masih terjaga, meskipun perekonomian kini berada dalam ketidakpastian.

Daftar 1.444 Aset Kripto Legal di Indonesia, termasuk Dogecoin, Trump dan Melania

Demikian disampaikan oleh Mahendra dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Maret 2025.

"Rapat Dewan Komisioner Bulanan pada 26 Maret 2025 menilai stabilitas sektor jasa keuangan terjaga di tengah tantangan perekonomian ke depan," ujar Mahendra dalam konferensi pers, Jumat, 11 April 2025.

Pindar vs Pinjol, Apa Bedanya? Kenali Sebelum Meminjam

Ilustrasi transaksi perbankan.

Photo :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

Mahendra menjelaskan, saat ini perekonomian global cenderung divergen seiring rilis data perekonomian AS yang berada di bawah ekspektasi. Sementara di Eropa dan China berada di bawah ekspektasi sebelumnya.

Luncurkan SPRINT, OJK Ungkap Rincian Cakupannya

Dia melanjutkan, tingginya volatilitas pasar dan ketidakpastian ekonomi telah membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi di revisi ke bawah oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). 

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 ini untuk global direvisi ke bawah oleh OECD dengan pertumbuhan ekonomi PDB global diproyeksi 3,1 persen, dan 3 persen pada tahun 2026," jelasnya.

Dijelaskan Mahendra, revisi yang dilakukan oleh OECD ini didorong oleh hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan. Sebagaimana diketahui, saat ini kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor tengah menjadi sentimen pasar.

Sedangkan untuk Indonesia, OECD juga merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi 4,9 persen pada tahun ini. Angka ini lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,2 persen.

"Namun penurunan itu masih sejalan dengan peers country ataupun negara-negara berkembang di kawasan dan luar kawasan kita," kata Mahendra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya