Bos BRI Sebut Perang Tarif Trump Tak Berdampak Besar karena Ini
- BRI
Jakarta, VIVA – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Hery Gunardi menyatakan, perang dagang yang saat ini terjadi akibat tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tidak akan berdampak besar pada bisnis BRI.
Hery menjelaskan, tidak berdampaknya perang dagang ke perseroan lantaran bisnis BRI lebih bergantung pada domestic demand atau konsumsi domestik.Â
"Perlu dicatat bahwa bisnis Bank Rakyat Indonesia lebih banyak bergantung pada domestic demand atau konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak terlalu signifikannya untuk bisnisnya BRI, maupun juga untuk Indonesia," ujar Hery dalam konferensi pers Rabu, 30 April 2025.
Hery mengatakan, sepanjang kuartal I-2025 ini perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian, terutama akibat tensi geopolitik dan dampak lanjutan dari perang tarif.
Super Apps BRImo
- BRI
Namun, dia menyebut fundamental ekonomi Indonesia masih resilient, yang tercermin dari cadangan devisa yang masih memadai sebesar US$157,1 miliar pada Maret 2025.
"Fundamental ekonomi Indonesia yang resilient juga tercermin dari cadangan devisa yang memadai, di mana tercatat naik dari US$155,7 miliar pada akhir Desember 2024 menjadi US$157,1 miliar pada akhir Maret 2025," jelasnya.
Selain itu, Hery menyebut bahwa konsumsi domestik masih menjadi kontributor utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat masih tumbuh positif.Â
"Namun demikian, konsumsi domestik masih belum pulih sepenuhnya kalau kita bandingkan dengan kondisi sebelum terjadinya pandemi COVID-19 beberapa tahun yang lalu," katanya.
Gedung BRI
- Istimewa
Di samping itu, pada kuartal I-2025, BRI membukukan laba bersih sebesar Rp 13,80 triliun, dan penyaluran kredit mencapai Rp 1.373,66 triliun, atau tumbuh 4,97 persen secara year on year (yoy).
"Alhamdulillah, hingga akhir Maret 2025 ini BRI Group mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 13,80 triliun, dan aset mencapai sebesar Rp 2.098,23 triliun atau tumbuh sebesar 5,49 persen secara tahunan atau yoy," jelasnya.
Hery menjelaskan, pertumbuhan ini didorong oleh penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas. Dalam hal ini semua segmen kredit mencatatkan pertumbuhan positif dengan tetap berfokus pada segmen UMKM.Â