BI Blak-blakan Biang Kerok Pelemahan Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot dibuka melemah pada pembukaan perdagangan Rabu, 7 Mei 2025. Mata Uang Garuda itu melemah sebesar 48 poin atau 0,29 persen, ke posisi Rp 16.498 per dolar AS.

Rupiah Dibuka Melemah di Tengah Penantian Negosiasi Tarif Dagang RI-AS

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI), Erwin Gunawan Hutapea mengatakan, pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS disebabkan oleh sejumlah faktor.

"Mulai dari sentimen pasar terhadap perang dagang maupun adanya konflik India dan Pakistan," kata Erwin di acara Taklimat Media BI, 'Asesmen Perekonomian Terkini dan Efektivitas Kebijakan Moneter Pro-market untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah', yang digelar di kantor BI, Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

Rupiah Menguat Pagi Ini, Investor Soroti Trump Kenakan Tarif 50 Persen ke Brasil

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Kondisi itu diakui Erwin akan membuat nilai tukar rupiah sulit untuk kembali mencapai level Rp 16.400 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menyentuh level Rp 16.420 per dolar AS.

Rupiah Melemah Rp 16.246 per Dolar AS, Tarif Trump Bikin Tensi Perang Dagang Naik Jadi Sorotan

"Nilai tukar kita sempat bergerak di bawah Rp 16.500, dan yang terendah itu sempat di level Rp 16.420. Meskipun kelihatannya untuk turun ke bawah Rp 16.400 itu kelihatan support-nya cukup strong," ujarnya.

Sebelumnya Erwin juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2025 yang sebesar 4,87 persen, masih cukup tinggi menurut para investor dan pelaku pasar khususnya di tengah situasi ketidakpastian global seperti saat ini.

Meski mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi 4,87 persen itu masih di bawah konsensus pelaku pasar sebelumnya yang sebesar 4,92 persen, namun para investor menilai capaian itu masih terbilang cukup tinggi. "Jadi (pertumbuhan ekonomi) 4,87 persen itu masih cukup tinggi ya bagi investor," ujar Erwin.

Sejumlah faktor pendukungnya antara lain yakni kembali menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, yang juga telah menjadi alasan bagi para pelaku pasar untuk tetap memiliki kepercayaan terhadap perekonomian nasional. Kemudian IHSG juga sudah kembali rebound mendekati level 6.900, setelah sempat anjlok di bawah 6.000 pada awal April 2025 lalu.

Faktor-faktor pendukung itulah yang ditegaskan Erwin terus membuat BI berkomitmen untuk tetap menjaga likuiditas dan sentimen pasar, khususnya menjelang puncak repatriasi dividen dan pembayaran utang luar negeri korporasi pada bulan Mei dan Juni 2025.

"BI memastikan bahwa likuiditas cukup untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan investor, yang memang melakukan repatriasi dividend serta bagi korporasi-korporasi yang melakukan pembayaran utang luar negeri," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya