Inflasi Jepang Meroket ke Level Tertinggi Imbas Lonjakan Harga Beras

Suasana Shibuya Scramble Crossing, Tokyo, Jepang, di malam hari.
Sumber :
  • Kemenag RI

Tokyo, VIVA – Jepang melaporkan tingkat inflasi inti untuk bulan April 2025 naik 3,5 persen imbas lonjakan harga beras. Bank of Japan (BoJ) memberi isyarat menaikkan suku bunga tetapi masih menimbang lebih lanjut dampak tarif impor yang ditetapkan Amerika Serikat (AS).

Ketidakpastian Global Meningkat, OJK Minta Lembaga Jasa Keuangan Siapkan Mitigasi

Angka inflasi inti (tidak termasuk harga makanan segar) sebesar 3,4 persen dari 3,2 persen pada bulan sebelumnya. Nilai tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar sekaligus menandai level tertinggi sejak Januari 2023.

Inflasi utama juga naik 3,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Meskipun stabil dari bulan Maret 2025, namun tingkat inflasi negeri Sakura sudah berada di atas target bank sentral Jepang selam lebih dari tiga tahun.

Apple Tembus Top 3 Pasar Smartphone Tiongkok, Penjualan iPhone Naik 8 Persen Kuartal II-2025

Dikutip dari CNBC Internasional pada Jumat, 23 Mei 2025, Gubernur BoJ, Kazuo Ueda, mengungkap niatnya untuk menaikkan suku bunga. Langkah ini melihat tren harga seraya memantau secara ketat dampak tarif AS.

Inflasi terkendali, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Photo :
  • vstory
BMKG Jepang Bantah Ramalan Manga Terkait Gempa di Wilayah Barat Daya

Harga beras di Jepang melambung dua kali lipat sepanjang tahun. Harga rata-rata di 1.000 supermarket di seluruh negeri dilaporkan terus mencapai rekor tertinggi.

Pada 11 Mei 2025, harga sekarung beras dengan berat 5 kilogram terpantau naik 54 yen dari minggu sebelumnya menjadi 4.268 yen atau sekitar Rp 485 ribu (estimasi kurs Rp 113,7). 

Dikutip dari Inquirer, Data resmi yang dirilis pemerintah menunjukkan harga beras naik 98,4 persen dibandingkan dengan April 2024. Ini menyusul kenaikan 92,5 persen pada bulan Maret.
Kenaikan harga memaksa pemerintah Jepang untuk melepaskan sebagian persediaan daruratnya ke pasar.

Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 diklaim menjadi penyebab kenaikan harga beras di Jepang. Faktor lainnya adalah gagal panen akibat cuaca panas pada tahun 2023 serta kepanikan membeli yang dipicu oleh peringatan gempa besar tahun lalu.

Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, dikabarkan menjanjikan penurunan harga  beras hingga di bawah 4.000 yen per karung 5 kilogram. Ia bahkan mempertaruhkan jabatannya untuk merealisasikan janji tersebut.

"Saya minta maaf kepada rakyat Jepang karena itu (harga beras) adalah tanggung jawab saya. Harga beras yang tetap tinggi bukanlah fenomena yang hanya terjadi sekali, tetapi merupakan fenomena struktural. Kita harus melakukan diskusi menyeluruh mengenai hal ini dan harga beras harus turun," tutur PM Jepang Shigeru Ishiba.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya