Usul Jalur Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Lewat Yogyakarta, KCIC Pembangunannya Tergantung Hal Ini

Direktur Utama KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi
Sumber :
  • VIVA/ Natania Longdong

Jakarta, VIVA – Setelah kereta cepat Jakarta-Bandung, Pemerintah mewacanakan pembangunan jalurnya hingga ke Surabaya. Namun, wacana tersebut hingga saat ini belum mendapatkan kepastian.

Layani 460 Ribu Orang di Libur Sekolah, Whoosh Cetak Rekor Jumlah Penumpang Harian

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, keberlanjutan kereta cepat Jakarta-Surabaya bergantung pada dukungan pemerintah. Dwiyana menyampaikan hal tersebut pada sela-sela Kongres Global ke-12 Kereta Cepat berlangsung pada 8-11 Juli 2025 di Beijing, China.

Indonesia diundang datang ke acara tersebut karena memiliki kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang beroperasi sejak Oktober 2023.

Kereta Cepat Whoosh Berhenti Mendadak di Tengah Perjalanan Gegara Layangan Nyangkut

"Kereta api cepat itu mahal, tidak semua perbankan atau lembaga keuangan mampu dan mau mendanai kereta cepat, makanya di banyak negara penyediaan kereta cepat itu dari pemerintah, tergantung good will pemerintah," kata Dwiyana, dikutip Rabu, 9 Juli 2025.

"Minimal lahan dan sebagian infrastruktur itu pasti dari pemerintah, jadinya berat kalau semuanya ditanggung KCIC sehingga beban yang harus ditanggung KCIC untuk pengembalian investasinya menjadi lama, ini salah satu pelajaran dari proyek Whoosh kemarin," tambah Dwiyana.

Penumpang Whoosh Tembus 120 Ribu Orang Lebih di Libur Panjang Tahun Baru Islam

Kereta Api Cepat Whoosh

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Menurut Dwiyana, saat ini sudah sewajarnya bagi KCIC untuk terus berkembang, bukan hanya melayani rute Jakarta-Bandung. Dia pun mengusulkan kereta cepat ke Surabaya tersebut juga berhenti di sejumlah kota-kota besar yang dilalui.

"Kalau secara skala ekonomi memang suatu keharusan untuk ditambah misalnya ke Yogyakarta atau ke Surabaya, tapi semuanya harus tergantung kepada Pemerintah," ungkap Dwiyana.

Dwiyana menyebut bahwa pemerintah sebenarnya sudah memiliki "master plan" kereta cepat Jakarta-Surabaya dalam Sistem Transportasi Nasiona.

"Tapi saat ini rencana tersebut sedang direview oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. Pak AHY karena sudah lama, jadi perlu untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini," tambah Dwiyana.

Sedangkan untuk kereta cepat Jakarta-Surabaya sendiri menurut Dwiyana saat ini masih dalam tahap preliminary study sehingga belum bisa ditentukan mengenai trase (rencana tapak jalur kereta cepat yang telah diketahui titik-titik koordinatnya) di mana, apakah memungkinakn untuk dibangun, kemampuan pembiayaan dan lainnya.

"Belum sampai situ, masih jauh, tapi dari pemerintah ada niat untuk mendorong ke arah sana. Tergantung sekarang dari sisi finansialnya bagaimana, atau trasenya bagaimana dan lain-lain karena kita belajar dari proyek Jakarta-Bandung yang butuh banyak evaluasi," jelas Dwiyana.

Untuk preliminary study kereta cepat Jakarta-Surabaya dikerjakan oleh konsutan asal China yaitu China Railway Design Corporation (CRDC) dan beberapa konsultan dari Indonesia.

"Jadi ada beberapa yang mengerjakan, supaya masukannya lebih berimbang," ungkap Dwiyana.

Sebagai informasi, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) sendiri pertama kali beroperasi untuk umum pada 2 Oktober 2023 dan hingga Juni 2025 telah melayani lebih dari 10.014.707 penumpang.

Whoosh menelan investasi hingga US$7,2 miliar dolar AS atau setara Rp110,16 triliun. Nilai investasi tersebut sebelumnya telah mengalami pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar (Rp18,36 triliun) dari target awal biaya proyek sebesar US$6 miliar dolar AS (Rp91,8 triliun).

Sebanyak 60 persen dari pembengkakan biaya atau sekitar US$720 juta (Rp11,1 triliun) akan dibayarkan oleh konsorsium dari Indonesia, sementara 40 persen sisanya atau sekitar US$480 juta (Rp7,36 triliun) akan dibayarkan oleh konsorsium China.

Akses tol menuju stasiun kereta cepat

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Indonesia mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CBD) untuk proyek tersebut sekitar 75 persen atau sekitar Rp70,5 triliun. Dengan pembengkakan biaya tersebut, CBD kembali memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar US$550 juta dolar AS atau sekitar Rp8,5 triliun dengan bunga 3,4 persen dan tenor 30 tahun.

Total utang Indonesia dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung pun mencapai Rp79 triliun.

Dengan asumsi bunga 3,4 persen dan tenor 30 tahun (360 bulan) maka setiap bulannya, utang pokok yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp219,44 miliar. Sementara bunga yang harus dibayar per bulan adalah Rp7,46 miliar per bulan. Dengan hitungan kasar, nilai utang pokok dan bunga yang bakal dibayarkan untuk melunasi utang kereta cepat mencapai Rp226,9 miliar. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya