Garuda Indonesia Bakal Diisi 3 Direksi Asing, CEO Danantara Sudah Kantongi Namanya
- VIVAcoid/Agus Setiawan
Jakarta VIVA – Garuda Indonesia akan segera mengalami perubahan besar dalam struktur manajemen perseroan. CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia), Rosan P. Roeslani, mengungkapkan rencana penempatan tiga direktur asing untuk memperkuat transformasi menyeluruh di maskapai pelat merah tersebut.
Rosan menyampaikan telah mengantongi nama-nama yang akan mengisi jajaran direksi tersebut. Ia menegaskan bahwa ketiga sosok tersebut akan mengisi posisi direktus keuangan, transformasi, dan operasional.
“Kita akan tempatkan direktur asing. Udah ada namanya. Ada 3 orang, kita taruh," ujar Rosan dalam pertemuan dengan pimpinan media pada Jumat malam, 25 Juli 2025.
Langkah ini menjadi bagian dari injeksi dana dan restrukturisasi menyeluruh yang tengah dilakukan oleh Danantara terhadap Garuda Indonesia. Menurut Rosan, proses evaluasi Garuda telah dilakukan sejak lama dan melibatkan konsultan internasional.
Ia menekankan bahwa langkah yang diambil bukan sekadar bantuan finansial, tetapi juga pembenahan dari sisi prinsip, misi, dan tata kelola. Sejauh ini, Danantara Indonesia sudah menyuntikkan dana sebesar US$450 juta atau Rp 7,34 triliun (estimasi kurs Rp 16.320 per dolar AS). Nominal tersebut diklaim masih sebagian dari jumlah yang akan dialokasikan ke Garuda Indonesia.
"Memang kita mau injek? Apakah kita inject cuma segitu? Enggak. Kita akan injek lebih. Kita mau memastikan untuk inject tidak setengah-setengah tapi nanti hasilnya juga baik," lanjut Rosan.
Rosan menegaskan bahwa tidak ada satu pun nama yang diintervensi oleh Presiden Prabowo Subianto. Semua proses dilakukan secara profesional dengan mempertimbangkan rekam jejak, kompetensi, dan integritas calon direksi.
Bersama Dony Oskaria selaku Chief Operating Officer dari BP Danantara, Ia mencermati setiap curicullum vitae (CV) setiap nama-nama yang cocok untuk mengisi jajaran direksi Garuda Indonesia. Penempatan direktur asing ini disebut sebagai bagian dari upaya menyeluruh untuk memulihkan kinerja Garuda yang sebelumnya sempat “di-grounded”.
Di mana perusahaan penerbangan milik pemerintah ini hanya terbang selam 5 jam sehari. Dengan memasuukan profesional asing diharapkan bisa memulihkan operasional jam terbang idealnya, yaitu 12 jam per hari.