Rahasia Gelap ChatGPT Terungkap: Sam Altman Akui Tak Ada Perlindungan Privasi

CEO OpenAI dan Pendiri ChatGPT Sam Altman mengenakan kemeja batik.
Sumber :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

Jakarta, VIVA – Industri teknologi belum menyelesaikan cara melindungi privasi pengguna dalam interaksi sensitif dengan kecerdasan buatan (AI). Hal ini diakui oleh CEO OpenAI sekaligus Pendiri ChatGPT, Sam Altman.

Karyawan yang Punya Skill AI Auto ‘Disayang’ Perusahaan, Gaji Bisa Naik hingga 28 Persen

Menurutnya, sistem saat ini tidak memiliki perlindungan yang memadai untuk percakapan rahasia di tengah lonjakan penggunaan chatbot AI oleh jutaan pengguna – termasuk anak-anak – untuk terapi dan dukungan emosional.

Sam Altman juga mengatakan pengguna tidak boleh mengharapkan kerahasiaan hukum saat menggunakan ChatGPT, sementara ia mengutip tidak adanya kerangka hukum atau kebijakan yang mengatur AI.

Makin Banyak Sarjana Gen Z Jadi Pengangguran, Efek AI?

“Orang-orang membicarakan hal-hal paling pribadi dalam hidup mereka kepada ChatGPT,” katanya, seperti dikutip dari situs Russian Today, Selasa, 29 Juli 2025.

Banyak pengguna AI – terutama generasi muda – memperlakukan chatbot seperti terapis atau pelatih kehidupan yang memberikan nasihat tentang hubungan dan masalah emosional.

Gelar Sarjana Saja Tak Cukup! Ini 20 Skill yang Paling Dicari Perusahaan pada 2025

Akan tetapi, lanjut Sam Altman, tidak seperti percakapan dengan pengacara atau terapis, yang dilindungi oleh hak istimewa hukum atau kerahasiaan, saat ini tidak ada perlindungan semacam itu untuk interaksi dengan AI.

"Kami belum menemukan solusinya saat Anda berbicara dengan ChatGPT," tuturnya. Pendiri ChatGPT itu mengatakan masalah kerahasiaan dan privasi dalam interaksi AI membutuhkan perhatian segera.

"Jadi, jika Anda berbicara dengan ChatGPT tentang hal-hal paling sensitif, lalu ada gugatan hukum atau semacamnya, kami mungkin diharuskan untuk menunjukkannya, dan saya pikir itu sangat kacau," jelas dia.

Sam Altman mengklaim menghapus percakapan gratis di ChatGPT setelah 30 hari, namun, beberapa obrolan dapat disimpan karena alasan hukum atau keamanan.

Ia juga sedang menghadapi gugatan hukum dari The New York Times atas dugaan pelanggaran hak cipta atas penggunaan artikel media tersebut dalam melatih model AI.

Kasus ini memaksa OpenAI untuk menyimpan percakapan pengguna dari jutaan pengguna ChatGPT, dan melarang percakapan dari klien perusahaan.

Perintah ini telah diajukan banding oleh perusahaan tersebut dengan alasan "melampaui batas". Penelitian terbaru menemukan bahwa ChatGPT telah dikaitkan dengan psikosis pada beberapa pengguna.

Menurut para peneliti, kekhawatiran semakin meningkat bahwa chatbot AI dapat memperburuk kondisi kejiwaan karena semakin banyak digunakan dalam konteks pribadi dan emosional.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya