Geger! Pekerjaan 9 to 5 Diramal Bakal Punah di 2034, Ini 9 Faktanya
- Pixabay.
Jakarta, VIVA – Bekerja dari pukul 9 pagi hingga 5 sore selama lima hari seminggu sudah lama dianggap sebagai standar pekerjaan kelas menengah di seluruh dunia.
Model ini lahir sejak revolusi industri, ketika pabrik membutuhkan tenaga kerja yang sinkron dalam jam tertentu.
Namun, seiring berkembangnya teknologi dan gaya hidup digital, pola kerja ini mulai goyah. Banyak perusahaan kini menilai produktivitas bukan dari jam kerja, melainkan dari hasil dan efektivitas.
Pandemi Covid-19 menjadi titik balik besar. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia akhirnya menyadari bahwa kehadiran fisik di kantor bukanlah satu-satunya cara untuk menjaga kinerja.
Fleksibilitas terbukti mampu menghasilkan output yang lebih baik sekaligus meningkatkan keseimbangan hidup karyawan.
Dengan munculnya kecerdasan buatan (AI) dan perubahan budaya kerja, Reid Hoffman, pendiri LinkedIn, menyebut bahwa pekerjaan 9-to-5 kelas menengah akan benar-benar punah dalam waktu kurang dari satu dekade. Berikut fakta-faktanya seperti dirangkum dari New Trader U, Kamis, 4 September 2025.
Ilustrasi aktivitas / bekerja.
- vstory
1. The Great Shift
Struktur kerja 9-to-5 semakin tidak relevan dengan era digital. Pandemi mempercepat perubahan ini, menunjukkan bahwa produktivitas bisa dicapai tanpa batasan waktu dan tempat yang kaku.
2. Bukan Soal Robot Menggantikan Manusia, tapi Soal Kemungkinan Baru
Alih-alih sekadar menggantikan manusia, AI membuka peluang pekerjaan baru. AI mengambil alih tugas rutin, sementara manusia fokus pada kreativitas, strategi, dan interaksi sosial.
3. Industri yang Cepat vs Lambat Berubah
Sektor teknologi, media, dan finansial bergerak cepat memanfaatkan AI. Sementara itu, kesehatan, pendidikan, dan manufaktur beradaptasi lebih lambat dengan struktur tradisional yang masih dominan.
4. Strategi Tiga Pilar Reid Hoffman untuk Bertahan
Hoffman menekankan, ada tiga hal penting, yakni menguasai AI tools, membangun adaptabilitas, serta menguatkan keterampilan kognitif manusia seperti berpikir kritis dan empati.
5. Kuasai AI Tools Sebelum Terlambat
AI kini sama pentingnya dengan email atau spreadsheet. Pekerja yang lebih cepat beradaptasi dengan tools AI akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja.
6. Adaptabilitas Sangat Penting
Adaptasi bukan lagi sekadar soft skill, melainkan kebutuhan utama. Profesional harus nyaman dengan ketidakpastian, terbuka pada tren baru, dan menjadikan perubahan sebagai peluang.
7. Asah Keterampilan Berpikir dan Belajar
AI memang unggul dalam data, tapi manusia tetap unggul dalam kreativitas, pemecahan masalah, dan komunikasi emosional. Keterampilan inilah yang akan semakin berharga.
8. AI Tidak Akan Menggantikan Manusia
Tantangan terbesar bukanlah AI itu sendiri, melainkan rekan kerja atau pesaing yang mampu memanfaatkan AI dengan lebih efektif.
9. Keuntungan bagi Adopter Awal
Seperti revolusi internet, mereka yang cepat mengadopsi teknologi baru akan unggul dalam karier, sementara yang terlambat akan tertinggal.
Di mana Posisi Anda?
Profesional harus menilai industri tempat mereka bekerja, kesiapan terhadap teknologi baru, dan area pekerjaan yang bisa ditingkatkan dengan AI. Masa depan kerja bukan soal bertahan dari “kiamat pasar kerja”, tapi tentang strategi. Mereka yang cepat beradaptasi akan menikmati peluang besar di era AI.