Indonesia Jadi Pasar Aset Kripto Terpanas di Asia Pasifik, Token Canggih Ini Resmi Masuk

Kepala Eksekutif Tokocrypto, Calvin Kizana.
Sumber :
  • YouTube

Jakarta, VIVA – Perdagangan aset kripto kini menjadi tonggak penting dalam mendorong adopsi blockchain, baik di Indonesia maupun secara global.

Flexi Earn: Simpan Aset Kripto, Cuan Mengalir Tiap Jam

Optimisme ini tercermin dari pesatnya perkembangan ekosistem aset kripto di Tanah Air, yang mencatat lonjakan adopsi hingga 103 persen secara year-on-year (yoy) tertinggi ke-2 di Asia Pasifik, menurut laporan Chainalysis.

Pertumbuhan ini bukan sekadar kebetulan, melainkan didorong oleh sejumlah faktor kunci. Indonesia memiliki dominasi generasi muda yang melek digital, dengan lebih dari 60 persen penduduk berusia di bawah 40 tahun.

3 Aset Kripto Receh Ini Berpotensi Meledak

Ditambah dengan penetrasi smartphone dan internet yang luas, serta semakin banyaknya bursa kripto berizin lokal yang menghadirkan akses ke token global populer, adopsi kripto pun berkembang pesat.

Jumlah investor aset kripto di Indonesia per Juli 2025 mencapai 16,5 juta konsumen, naik 4,11 persen dibandingkan Juni 2025 yang berada di angka 15,85 juta.

Suku Bunga Turun, Harga Bitcoin Melorot: Simak Analisis Mengejutkannya

Dari sisi nilai transaksi, per Juli 2025 tercatat sebesar Rp52,46 triliun, melonjak 62,36 persen dibandingkan pada Juni yang mencatatkan Rp32,31 triliun. Secara kumulatif, total nilai transaksi aset kripto di sepanjang tahun ini telah mencapai Rp276,45 triliun.

Tak hanya itu, kejelasan regulasi melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan peralihan pengawasan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai 2025, ditambah inisiatif pemerintah dalam literasi digital dan “digital downstreaming” untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi era Web3, AI, dan blockchain, semakin mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pasar strategis bagi inovasi seperti token Solana Optimistic Network (SOON).

Untuk itu, Tokocrypto, platform perdagangan aset kripto, resmi mengumumkan listing atau pencatatan perdagangan SOON pada 17 September 2025.

Langkah ini membuka akses bagi pengguna di Indonesia untuk menjajal salah satu proyek modular blockchain paling canggih yang dirancang menghadirkan transaksi lebih cepat, skalabilitas tinggi, dan interoperabilitas lintas rantai (cross-chain) tanpa hambatan.

SOON merupakan Ethereum Layer 2 yang didukung oleh teknologi Solana Virtual Machine (SVM), dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan skalabilitas dan interoperabilitas blockchain tradisional.

Dengan arsitektur Decoupled SVM, jaringan ini mampu memproses transaksi hingga 50 kali lebih cepat dibandingkan sistem konvensional.

Tak hanya itu, SOON menghadirkan inovasi Super Adoption Stack (SAS) yang kini telah mendukung lebih dari 20 proyek terkemuka, termasuk Cytonic, CARV, dan Lucent Network.

Fitur unggulan lainnya adalah SOL x TON Bridge yang sudah mencatat lebih dari 15 ribu transaksi cross-chain dengan volume harian tertinggi mencapai US$1,2 juta (Rp20 miliar), berdasarkan riset Chainlink (2025).

Tokocrypto menghadirkan dua program eksklusif untuk para pengguna. Melalui SOON Launchdrop, pengguna berkesempatan mendapatkan token SOON secara gratis total senilai Rp75 juta.

Selain itu, tersedia juga SOON Trade Competition, yaitu kompetisi trading dengan total hadiah senilai puluhan jutaan Rupiah yang akan diberikan kepada trader dengan volume transaksi terbesar.

“Listing Solana Optimistic Network (SOON) mencerminkan komitmen kami untuk terus menghadirkan inovasi blockchain terkini ke Indonesia. Dengan teknologi modular rollup dan kemampuan cross-chain, SOON akan memberikan pengalaman baru bagi pengguna sekaligus membuka lebih banyak peluang adopsi web3 di Indonesia,” kata CEO Tokocrypto, Calvin Kizana di Jakarta, Jumat, 26 September 2025.

“Indonesia memiliki komunitas kripto yang dinamis dan berkembang pesat. Kami yakin, listing SOON akan mempercepat adopsi teknologi modular blockchain sekaligus membuka peluang baru bagi inovasi,” ungkap CEO and Co-founder Solana Optimistic Network (SOON), Joanna Zeng.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya