Raksasa Otomotif Bakal PHK Massal 3.000 Karyawan, Sinyal Krisis di Depan Mata?

Ilustrasi kantor Renault
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta, VIVA – Industri otomotif global tengah berada di masa penuh tantangan. Mulai dari perlambatan ekonomi, kenaikan biaya bahan baku, hingga tekanan dari kompetitor asal Tiongkok dan kebijakan dagang Amerika Serikat, yang membuat banyak pabrikan mobil besar kini berjuang menjaga profitabilitas. 

NASA Lakukan PHK Massal di Tengah Shutdown AS, Pastikan Misi Luar Angkasa Tetap Jalan

Salah satunya adalah Renault SA, produsen mobil asal Prancis yang dikenal lewat model-model populer di Eropa.

Menurut laporan terbaru media Prancis l’Informe, Renault tengah mempertimbangkan langkah besar untuk memangkas biaya operasionalnya secara signifikan. Salah satu opsi yang sedang ditinjau adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 3.000 karyawan di seluruh dunia. 

Gelombang PHK Masih Terjadi, Ribuan Karyawan di Industri Teknologi hingga Minyak Jadi 'Korban'

Rencana tersebut merupakan bagian dari strategi efisiensi bertajuk “Arrow”, yang berfokus pada pengurangan tenaga kerja di posisi pendukung seperti sumber daya manusia, keuangan, dan pemasaran hingga 15%. Artinya, sekitar 3.000 karyawan yang bekerja di kantor pusat Renault di Boulogne-Billancourt, dekat Paris, maupun di lokasi lain di seluruh dunia, berpotensi terdampak.

Seorang sumber yang memahami rencana tersebut mengatakan keputusan final kemungkinan akan diumumkan sebelum akhir tahun ini. Renault telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengevaluasi opsi penghematan biaya, namun menegaskan belum ada keputusan resmi yang diambil.

Google PHK Ratusan Karyawan, AI Lagi-lagi Jadi Biang Kerok

“Menghadapi ketidakpastian pasar otomotif dan persaingan yang sangat ketat, kami mengonfirmasi bahwa Renault sedang mempertimbangkan cara untuk menyederhanakan operasi, mempercepat eksekusi, dan mengoptimalkan biaya tetap,” ujar juru bicara Renault, sebagaimana dikutip dari The Economic Times, Selasa, 7 Oktober 2025.

Pada akhir tahun 2024, Renault tercatat memiliki 98.636 karyawan di seluruh dunia. Sementara itu, AFP juga melaporkan kabar serupa, menegaskan bahwa perusahaan belum bisa memberikan angka pasti karena keputusan masih dalam tahap pembahasan internal.

Meskipun Renault tidak menjual mobil di pasar Amerika Serikat, sehingga relatif terlindung dari tarif impor AS, efek tidak langsungnya tetap terasa. Kompetitor Eropa lainnya yang terdampak tarif tersebut kini semakin agresif menembus pasar Eropa, sehingga memperketat persaingan di “rumah sendiri” bagi Renault.

Selain itu, persaingan dari produsen mobil asal Tiongkok di segmen kendaraan listrik (EV) dan hibrida semakin menekan posisi Renault. Dengan lebih dari 70% penjualan berasal dari pasar Eropa yang stagnan, Renault kini dituntut untuk memperluas jangkauan ke negara-negara berkembang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya