Bosch Umumkan PHK Massal, 13.000 Pekerja Jadi Korban Efisiensi
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Industri otomotif Jerman kembali diguncang kabar kurang menggembirakan. Raksasa teknik Bosch mengumumkan rencana pemangkasan besar-besaran terhadap tenaga kerjanya di tengah kondisi pasar otomotif global yang stagnan dan persaingan ketat dari pemain baru seperti Tesla serta BYD asal China.
Langkah ini menambah daftar panjang tantangan yang harus dihadapi industri mobil Jerman yang dulu dikenal sebagai salah satu yang terkuat di dunia.
Selain tertekan persaingan, Bosch juga mengaitkan keputusannya dengan kenaikan biaya operasional, sebagian akibat kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kondisi tersebut menciptakan “celah biaya” yang terlalu besar untuk ditutup tanpa langkah efisiensi radikal, termasuk pengurangan tenaga kerja dan penundaan investasi di fasilitas produksi.
Bosch menyatakan akan memangkas 13.000 pekerjaan sebagai bagian dari rencana penghematan €2,5 miliar atau setara Rp48,7 triliun. Pemangkasan tersebut berfokus pada divisi mobilitas di Jerman, yang memproduksi komponen kendaraan dan perangkat lunak.
Bosch
- Fortune
Perusahaan mengatakan terdapat “celah biaya” sebesar €2,5 miliar (Rp48,7 triliun) dalam bisnis otomotifnya, sehingga diperlukan langkah pengurangan biaya di semua lini secepat mungkin. Selain pemangkasan karyawan, Bosch juga berencana menurunkan investasi di fasilitas produksi dan pembangunan gedung karena permintaan produk mengalami penurunan tajam.
Bosch mencatat memiliki sekitar 418.000 karyawan di seluruh dunia pada Desember 2024. Meski demikian, perusahaan menegaskan bahwa tidak ada pekerjaan di Inggris yang terdampak oleh keputusan terbaru ini, meski operasional tetap akan dievaluasi secara berkelanjutan sesuai permintaan pelanggan dan perkembangan pasar.
“Pasar kendaraan global terus menunjukkan perkembangan yang lesu,” demikia pernyataan resmi Bosch, seperti dikutip dari BBC, Senin, 29 September 2025.
“Dengan sangat menyesal, kami tidak akan dapat menghindari pemangkasan pekerjaan lebih lanjut di luar yang sudah dikomunikasikan. Hal ini sangat menyakitkan bagi kami, tetapi sayangnya tidak ada alternatif lain,” ungkap Stefan Grosch, anggota dewan manajemen Bosch sekaligus direktur hubungan industrial.
Bosch menambahkan bahwa posisi di bidang administrasi, penjualan, pengembangan, dan produksi kemungkinan besar akan terdampak di lokasi Feuerbach, Schwieberdingen, Waiblingen, Bühl, dan Homburg.
Pengumuman ini muncul di tengah merosotnya industri otomotif Jerman, yang sebelumnya berjaya namun kini harus menghadapi tekanan besar dari para pesaing global. Kebijakan tarif Trump yang mengenakan tarif 15% pada ekspor Uni Eropa ke Amerika Serikat turut memperparah situasi.
Meskipun tarif tersebut relatif lebih rendah dibanding yang dikenakan pada negara lain, Bosch menyebut lingkungan global yang menantang dan biaya tambahan yang tinggi membuat perusahaan tidak mungkin mempertahankan jumlah tenaga kerja sebesar saat ini.
Perusahaan menutup pernyataan dengan mengatakan bahwa diskusi dengan para karyawan yang terdampak segera dimulai.